AI Jadi Kunci Inklusi Keuangan, Pemerintah Dorong Akselerasi Teknologi Digital
Kredit Foto: Istimewa
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi), Nezar Patria, menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi terkini seperti artificial intelligence (AI) sebagai penggerak utama percepatan inklusi keuangan di Indonesia.
“Teknologi bukan hanya alat, melainkan jembatan yang menghubungkan jutaan masyarakat, termasuk UMKM dan kelompok rentan, ke dalam satu sistem keuangan yang formal,” kata Nezar dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (8/5/2025).
Ia menilai AI memiliki potensi besar dalam memperluas akses keuangan secara cepat dan efisien. Menurutnya, hal itu sejalan dengan visi Asta Cita dan Indonesia Emas 2045 yang mendorong penguatan ekonomi berbasis teknologi.
Baca Juga: Komdigi All Out Lawan Judi Online, Blokir 6 Juta Konten Judol!
Selain AI, Nezar juga menyoroti peran blockchain sebagai solusi untuk menciptakan sistem transaksi yang transparan dan aman. Teknologi ini, menurutnya, dapat diintegrasikan ke dalam berbagai platform populer seperti e-commerce dan transportasi daring sehingga masyarakat bisa langsung mengakses layanan keuangan melalui aplikasi yang mereka gunakan sehari-hari.
Kementerian Komunikasi dan Digital pun menetapkan tiga pilar utama dalam mendorong percepatan inklusi keuangan: pembangunan infrastruktur digital, penguatan literasi digital, dan penyusunan regulasi yang inklusif. Nezar menyebut bahwa pembangunan digital public infrastructure (DPI) menjadi komponen penting dalam strategi ini.
“Digital public infrastructure atau DPI meliputi identitas digital, pembayaran, dan pertukaran data telah menjadi katalisator inklusi yang tidak hanya membuka akses tetapi juga memberdayakan masyarakat,” ujarnya.
Baca Juga: 143 Juta Orang Aktif di Medsos, Komdigi: Dunia Digital Tak Selalu Ramah
Ia menambahkan, transformasi digital harus dilakukan secara menyeluruh agar tidak ada kelompok masyarakat yang tertinggal dalam proses tersebut. “Dengan inovasi dan kolaborasi, kita bisa memastikan bahwa no one left behind, tidak satu pun yang tertinggal dalam proses transformasi digital yang sedang berlangsung saat ini,” tegasnya.
Nezar juga mengungkapkan bahwa tantangan digitalisasi masih besar, terutama di negara berkembang. Dari 400 juta UMKM, sekitar 345 juta belum tersentuh digitalisasi. Namun, sejumlah negara seperti Pakistan dan Mesir telah menunjukkan kemajuan melalui platform seperti Ubank dan Erada Microfinance yang sukses menjangkau kelompok rentan dengan pendekatan digital.
Di dalam negeri, indeks inklusi keuangan Indonesia telah mencapai 80,51 persen. Namun, tingkat literasi keuangan nasional masih relatif rendah, yakni sekitar 66 persen, dengan sektor perbankan menjadi yang paling dominan.
Melalui pemanfaatan teknologi canggih dan penguatan ekosistem digital, pemerintah berharap inklusi keuangan dapat terus meningkat dan memberikan manfaat nyata bagi seluruh lapisan masyarakat.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement