Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Kembali Naik, Faktor Geopolitik Jadi Sorotan Utama Investor

Harga Minyak Kembali Naik, Faktor Geopolitik Jadi Sorotan Utama Investor Kredit Foto: Kementerian ESDM
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak mentah dunia melonjak dalam perdagangan di Senin (12/5). Pasar minyak menyoroti kesepakatan pengurangan tarif untuk sementara waktu dari China dan Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Reuters, Selasa (13/5), Brent Crude naik 1,6% ke US$64,96/barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) Crude naik 1,5% ke US$61,95barel.

Baca Juga: Legislator Dukung Peningkatan Produksi Migas Nasional

ING mengatakan bahwa investor menyambut baik prospek meningkatnya permintaan minyak menyusul kesepakatan dagang yang tercapai dari China dan AS. Adapun kesepakatan tersebut telah mendorong lonjakan dalam pasar saham hingga dolar.

“Ini adalah langkah deeskalasi yang lebih besar dari perkiraan dan menjadi peningkatan prospek, meskipun proses negosiasi masih akan tetap menantang,” tulis analis dari ING.

Adapun Gubernur Federal Reserve (The Fed) Adriana Kugler, menyebut kesepakatan dagang itu bisa mengurangi urgensi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. 

Adapun Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) terus menjadi sorotan berkat keputusannya untuk meningkatkan produksi lebih dari ekspektasi pasar.

Saudi Aramco memperkirakan permintaan minyak tetap tangguh sepanjang tahun ini, dan melihat potensi kenaikan lebih lanjut jika sengketa dagang terselesaikan penuh oleh China-AS.

Beberapa faktor lain yang turut mendukung kenaikan harga minyak adalah proyeksi ekspor minyak dari Irak. Ekspor negara tersebut diproyeksikan turun ke sekitar 3,2 juta barel per hari pada Mei–Juni

Adapun Equinor dilaporkan memutuskan untuk menghentikan sementara produksi dari ladang minyaknya di Laut Barents. Ekspor Black Sea juga diperkirakan turun ke 1,5 juta bph di Mei dari 1,6 juta bph di April

Pemex Meksiko juga mengurangi ekspor karena peningkatan pengiriman ke kilang domestik, termasuk dari kilang yang baru.

Di sisi risiko, pembicaraan nuklir terus menjadi sorotan karena bisa membuka jalan bagi pencabutan sanksi dan peningkatan ekspor minyak dari Iran.

Perdamaian Rusia dan Ukraina juga dapat meningkatkan pasokan global karena sanksi terhadap salah satu negara tersebut mungkin akan dilonggarkan.

Baca Juga: Percepatan Transisi Energi di Sektor Migas, BKK PII Gelar FGD Kedua Bahas Strategi Implementasi Teknologi CCU/CCS/CCUS

Diketahui, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy menyatakan kesiapannya bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Turki.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: