Kredit Foto: Cita Auliana
Kesepakatan dagang sementara antara Amerika Serikat dan Tiongkok dinilai sebagai langkah positif yang dapat meredakan ketegangan tarif global dan memberi angin segar bagi perekonomian Indonesia.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyebut bahwa membaiknya hubungan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia itu berpotensi mengurangi tekanan terhadap sektor ekspor Indonesia, terutama untuk komoditas unggulan seperti nikel, batu bara, dan elektronik.
“Bagi Indonesia, kestabilan dalam hubungan dagang dua kekuatan ekonomi dunia ini bisa mengurangi tekanan pada sektor ekspor, terutama pada komoditas seperti nikel, batu bara, dan elektronik yang terdampak oleh ketidakpastian rantai pasok,” ujar Josua kepada Warta Ekonomi, Rabu (14/5/2025).
Baca Juga: Kesepakatan Dagang AS-China Beri Angin Segar ke Ekspor RI, Celios Ingatkan Ancaman Serius
Ia menambahkan bahwa kondisi inflasi global yang mulai membaik juga akan berdampak positif terhadap daya beli masyarakat Indonesia dan pemulihan konsumsi rumah tangga.
“Dengan meredanya tekanan inflasi global, Indonesia juga berpotensi menjaga daya beli domestik dan mempertahankan arah pemulihan konsumsi rumah tangga,” tambah Josua.
Di tingkat global, kesepakatan ini diyakini akan memperbaiki sentimen perdagangan dan mendorong pemulihan arus dagang regional yang sebelumnya terganggu akibat perang dagang.
Baca Juga: AS-China Bawa Kabar Gembira, Kesepakatan Dagang Berujung Meroketnya Dolar AS
Sebagai bagian dari kesepakatan, pemerintah Amerika Serikat menurunkan tarif tambahan atas produk-produk Tiongkok dari 145% menjadi 30%. Sebaliknya, Tiongkok memangkas tarifnya dari 125% menjadi 10% selama periode 90 hari yang dimaksudkan untuk negosiasi lanjutan. Beijing juga sepakat mencabut sejumlah hambatan non-tarif seperti pembatasan ekspor dan regulasi yang menghambat masuknya produk asal AS.
Josua menilai langkah kedua negara tersebut sebagai sinyal positif yang disambut baik oleh pelaku pasar, termasuk dari Indonesia.
“Meskipun kesepakatan ini bersifat sementara dan belum menyelesaikan akar permasalahan struktural dalam hubungan dagang kedua negara, sinyal positif ini telah menurunkan probabilitas resesi global menurut beberapa institusi seperti Goldman Sachs dan UBS,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cita Auliana
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement