Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Daur Ulang 1.900 Gawai, Kampanye Erafone Jaga Bumi Kurangi Emisi Karbon 467 Kg

Daur Ulang 1.900 Gawai, Kampanye Erafone Jaga Bumi Kurangi Emisi Karbon 467 Kg Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Kampanye erafone Jaga Bumi yang dilakukan oleh Erajaya Digital berhasil mengumpulkan dan mendaur ulang lebih dari 1.900 unit gawai. Program yang berjalan sejak awal 2025 ini menjadi wujud komitmen erafone dalam pengelolaan limbah elektronik (e-waste) secara berkelanjutan.

Sebagai bagian dari Erajaya Digital, erafone menyediakan fasilitas drop box di berbagai gerai untuk mengakomodasi masyarakat yang ingin membuang e-waste dengan aman. Semua perangkat yang terkumpul kemudian diproses melalui metode ramah lingkungan, menjadi solusi konkret di tengah ancaman meningkatnya sampah elektronik.

Jimmy Perangin-angin selaku Group Chief of HC, GA, Litigation, & CSR at Erajaya Group, mengungkapkan bahwa secara lingkungan, kegiatan ini telah memberikan dampak nyata yaitu mengurangi emisi karbon hingga 467 kg CO₂, menghemat energi sebesar 854 kWh, serta mengurangi kebutuhan lahan TPA/landfill sebesar 10 m².

”Ini menunjukkan bahwa langkah kecil dari konsumen, jika difasilitasi dengan benar, bisa menghasilkan dampak lingkungan yang signifikan dan terukur. Melalui erafone Jaga Bumi, Erajaya Group ingin menjadi bagian dari solusi atas isu lingkungan, tidak hanya bagi pelanggan tetapi juga demi masa depan bumi Indonesia. Karena itu, kami mengajak semua pihak untuk membangun ekosistem pengelolaan e-waste yang inklusif, terstruktur, dan berkelanjutan,” kata Jimmy dalam diskusi Yuk, Bijak Kelola Sampah Elektronik yang diselenggarakan oleh Erajaya Digital bekerja sama dengan Katadata Green, di Bandung, Kamis (12/6/2025).

Baca Juga: Erajaya Mau Bawa IPO Era Boga Nusantara? Ini Jawaban Manajemen

Jimmy menambahkan, gerakan erafone Jaga Bumi ini menjadi momentum bagi semua pihak untuk lebih bertanggung jawab sebagai konsumen, lebih kolaboratif sebagai masyarakat, dan lebih visioner sebagai pelaku usaha.

“Kami mengajak semua pihak untuk segera bertindak dengan tidak membuang e-waste sembarangan. Mulailah dari langkah sederhana, seperti menyalurkan e-waste ke drop box erafone Jaga Bumi. Harapannya, program ini tidak hanya menjadi fasilitas, tetapi juga mendorong aksi kolektif untuk menjaga lingkungan,” ujar Jimmy.

Pada tahap awal, kata Jimmy, sudah hadir 10 drop box di 10 gerai erafone yang tersebar di Jabodebek. Sepanjang tahun ini, erafone berencana menghadirkan sekitar 25 – 50 drop box di enam wilayah kerjanya. Menurut Jimmy, erafone Jaga Bumi ini juga sebagai bagian komitmen dan implementasi ESG Erajaya group

Baca Juga: Presiden Prabowo Instruksikan Akselerasi Penanganan Sampah Lewat Skema Hulu-Hilir

Menurut statistik Global E-waste Monitor pada 2024, kenaikan sampah elektronik lebih cepat lima kali lipat ketimbang capaian daur ulangnya. Laporan yang sama menyebut jumlah timbulan sampah elektronik sedunia mencapai 62 miliar kilogram.

Dari jumlah tersebut, hanya 22,3 persen yang berhasil dikumpulkan serta didaur ulang secara ramah lingkungan. Di Indonesia, berdasarkan catatan Kementerian PPN/Bappenas, timbulan e-waste nasional telah mencapai 2,1 juta ton pada 2023. KLHK juga memproyeksikan bahwa pada 2030, timbulan sampah elektronik akan mencapai 4,4 juta ton.

Leader of World Cleanup Day Indonesia, Andy Bahari, mengapresiasi kampanye pengelolaan sampah elektronik yang dilakukan oleh erafone. Pasalnya, hingga saat ini masyarakat masih belum teredukasi terkait e-waste dan membuangnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

“Sampah elekronik itu ada di mana-mana dan belum ada solusinya. Sangat disayangkan masih banyak yang buang sampah elektronik ke TPA dan belum ada sistem pengelolaan khusus e-waste. Saya mengapresiasi inisiatif yang dilakukan erafone dengan menempatkan drop box di tokonya untuk sampah elektronik,” kata Andy.

Andy berharap, kampanye pengelolaan sampah elektronik yang dilakukan erafone ini bisa diikuti oleh perusahaan lain. Inisiatif kecil seperti ini, kata dia, sangat diperlukan untuk mengedukasi masyarakat terkait sampah elektronik.

Baca Juga: Bioenergi Diakselerasi, Pemerintah Optimalkan Sampah Jadi Listrik di RUPTL

Lebih lanjut, Founder of Asah & Co-founder Parongpong, Gadis Prawewari, mengungkapkan bahwa hingga saat ini belum ada solusi terkait sampah elektronik yang terus meningkat jumlahnya.

“Saya sempat mampir ke TPA Leuwigajah di Bandung dan warga di sekitar sana pun masih banyak yang membuang sampah sembarang, termasuk sampah elektonik. Karena itu, masih perlu upaya edukasi yang intensif kepada masyarakat terkait pengelolaan sampah elektronik. Kita harus memberitahu bahwa sampah elektronik itu tidak melebur di tanah,” ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Belinda Safitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: