Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tingkatkan Nutrisi pada Makanan Pokok, KFI dan TechnoServe Resmikan Millers for Nutrition di Indonesia

Tingkatkan Nutrisi pada Makanan Pokok, KFI dan TechnoServe Resmikan Millers for Nutrition di Indonesia Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Tingginya prevalensi defisiensi mikronutrien, termasuk anemia defisiensi besi, defisiensi iodium, dan defisiensi vitamin A masih menjadi persoalan di Indonesia. Kondisi kekurangan gizi ini berpotensi meningkatkan angka kematian ibu dan anak, menghambat tumbuh kembang serta kecerdasan anak, memperburuk penyakit infeksi, serta mengurangi produktivitas dan potensi hidup sehat.

Pengalaman menunjukkan bahwa fortifikasi pangan wajib adalah cara paling efektif dan efisien untuk mengatasi defisiensi mikronutrien, dengan imbal hasil investasi yang relatif tinggi. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 telah menetapkan fortifikasi pangan skala besar (LSFF) sebagai salah satu program untuk meningkatkan status kesehatan dan gizi penduduk.

Millers for Nutrition, koalisi global pemangku kepentingan fortifikasi pangan, secara resmi telah diluncurkan di Indonesia. Koalisi ini berdedikasi untuk mendukung para penggilingan pangan dalam memfortifikasi makanan pokok, seperti tepung terigu, minyak goreng, dan beras dengan mikronutrien esensial demi meningkatkan luaran gizi nasional.

Senior Practice Leader TechnoServe dan Program Leader Millers for Nutrition Asia, Monojit Indra, mengatakan pihaknya sangat gembira memperkenalkan Millers for Nutrition di Indonesia. Ia mengatakan, pihaknya ingin menyatukan para pemangku kepentingan yang bersemangat untuk mendukung produsen penggilingan dan pengolah pangan di Indonesia dalam mencapai keunggulan fortifikasi dan mendorong perubahan berarti dalam perjuangan melawan malnutrisi.

Baca Juga: China Keluarkan UU Antipemborosan Makanan, Jasa Catering Wajib Ingatkan Pembeli Jangan Beli Makanan Secara Berlebihan

"Bersama, kita dapat mengubah masa depan gizi di Indonesia," katanya di Jakarta, belum lama ini.

Peluncuran ini berlangsung dalam acara "Fortifikasi Pangan Skala Besar (LSFF) untuk Kesehatan, Status Gizi, dan Produktivitas," yang diselenggarakan bersama oleh Yayasan Kegizian untuk Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia (KFI) dan TechnoServe.

Perwakilan dari Pemerintah Indonesia dan para pelaku industri terkemuka turut hadir dalam acara tersebut, termasuk Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (BAPPENAS), Badan Pangan Nasional, PERUM BULOG, APTINDO, GIMNI, AIMMI, PERPADI, dan sejumlah produsen pangan terfortifikasi. 

KFI adalah satu-satunya yayasan fortifikasi pangan di Indonesia yang paling dihormati, terdiri dari pakar senior di bidangnya dan mantan pembuat kebijakan pemerintah yang terkemuka. KFI dan Millers for Nutrition memiliki kepedulian yang serupa terhadap kualitas terbaik dan keberlanjutan LSFF.

Saat ini, Millers for Nutrition beroperasi di delapan negara di seluruh Afrika dan Asia: Bangladesh, Ethiopia, India, Indonesia, Kenya, Nigeria, Pakistan, dan Tanzania. Pendekatan inovatif koalisi ini menghubungkan Mitra Fortifikasi Strategis, pakar teknis, dan mitra ekosistem lainnya untuk memberikan bantuan teknis terbaik di kelasnya serta layanan konsultasi bisnis.

Melalui model ini, para penggilingan pangan dapat memperkuat kualitas pangan, meningkatkan daya saing operasional, dan membuka peluang pasar baru. Produsen penggilingan percontohan juga akan mendapatkan pengakuan melalui visibilitas media dan acara-acara penting.

Sementara itu, Deputi Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia (BAPPENAS), Amich Alhumami, MA, M.Ed, PhD, menyampaikan pidato utama yang menyoroti lanskap gizi Indonesia dan peran krusial pangan terfortifikasi dalam meningkatkan status kesehatan dan gizi negara.

"Program fortifikasi wajib telah menjadi komitmen bersama, tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga internasional," ujar Amich dalam pidato yang disampaikan oleh Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas Diah Lenggogeni.

Lebih lanjut, ia mengakui bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan SDM adalah kekurangan zat gizi mikro yang prevalensinya masih cukup tinggi. Hal ini merupakan tantangan dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, swasta, Lembaga swadaya masyarakat, dan akademisi.

Baca Juga: Bappenas Apresiasi Kehadiran Millers for Nutrition di Indonesia untuk Percepat Fortifikasi Pangan Skala Besar

"Maka itu, program Fortifikasi Pangan Skala Besar memerlukan kemitraan yang sinergis antara pemerintah, industri pangan, dan organisasi pendukung seperti organisasi profesi/akademisi, mitra pembangunan, LSM bidang kesehatan, gizi dan fortifikasi," ujarnya.

Perlu diketahui, fortifikasi adalah proses penambahan vitamin dan mineral esensial ke dalam makanan pokok untuk mengatasi defisiensi mikronutrien, sebuah tantangan yang memengaruhi lebih dari 3 miliar orang di seluruh dunia. Kekurangan gizi ini mengikis produktivitas, membebani sistem layanan kesehatan, dan memperlambat pembangunan ekonomi.

Fortifikasi pangan adalah solusi yang terbukti efektif dan hemat biaya untuk membantu penduduk suatu negara mengakses gizi yang lebih baik tanpa mengubah pola konsumsi mereka.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel:

Berita Terkait