
Kekhawatiran investor terhadap kemungkinan keterlibatan militer Amerika Serikat dalam konflik udara antara Israel dan Iran membuat pasar saham Asia dibuka melemah pada perdagangan Kamis (19/6/2025).
Ketidakpastian geopolitik melonjak setelah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan pernyataan ambigu terkait kemungkinan AS turut dalam aksi pemboman Israel terhadap fasilitas nuklir Iran.
“Mungkin saya lakukan. Mungkin juga tidak,” kata Trump, dikutip dari Reuters, Kamis (19/6/2025).
Pernyataan tersebut memperburuk kekhawatiran, setelah Wall Street Journal melaporkan bahwa Trump disebut telah menyetujui rencana serangan, namun masih menunggu respons Iran terkait program nuklirnya.
Baca Juga: Harga Minyak Naik, Trump Sinyalkan Ikut Campur Langsung Perang Iran-Israel
analis pasar dari Capital.com, Kyle Rodda, mengatakan kondisi tersebut berimbas kepada sejumlah indeks saham utama Asia mengalami koreksi. Indeks Nikkei Jepang turun 0,8%, terpukul oleh penguatan yen yang mengikis daya saing ekspor. Indeks saham Taiwan melemah 0,9%, sementara Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,8%.
“Pelaku pasar masih gelisah dan belum mendapat kepastian,” ujar Rodda.
Rodda menilai, spekulasi mengenai potensi aksi militer AS bisa jadi sengaja dibangun untuk memberi tekanan diplomatik kepada Iran. Namun, jika benar terjadi, eskalasi konflik berpotensi berdampak besar terhadap rantai pasok energi global.
Harga minyak mentah Brent turun tipis ke level US$76,32 per barel, namun masih mendekati level tertingginya dalam 4,5 bulan terakhir di US$78,50.
Di pasar mata uang, yen Jepang menguat 0,2% ke level 144,92 per dolar AS. Dolar AS juga mencatat penguatan terhadap euro dan poundsterling, mencerminkan aliran modal ke instrumen yang dianggap aman. Sementara itu, franc Swiss justru turun 0,1% terhadap dolar.
Baca Juga: Bursa Asia Naik-Turun, Pasar Saham Khawatir Potensi Meluasnya Perang Israel-Iran
Di tengah ketidakpastian geopolitik, pelaku pasar juga mencermati arah kebijakan bank sentral utama. Bank of England diperkirakan mempertahankan suku bunga, sedangkan Swiss National Bank diproyeksi menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Dari Amerika Serikat, Federal Reserve tetap menahan suku bunga acuannya dan mempertahankan proyeksi dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini. Namun, Ketua The Fed Jerome Powell mengingatkan adanya risiko inflasi signifikan akibat kebijakan tarif perdagangan pemerintah AS.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement