Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bitcoin Menarik Minat Investor Saat Harga Emas Tertekan Gejolak Global

Bitcoin Menarik Minat Investor Saat Harga Emas Tertekan Gejolak Global Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah gejolak geopolitik akibat ketegangan Iran-Israel serta kebijakan moneter ketat dari Federal Reserve (The Fed), para investor global mulai mengalihkan minatnya dari emas ke aset digital, khususnya Bitcoin (BTC).

Vice President Indodax, Antony Kusuma, menjelaskan bahwa meskipun pasar mengalami tekanan, Bitcoin tetap stabil di level sekitar US$104.000, sementara harga emas dunia turun 2,5% dari US$3.420 (13 Juni) menjadi US$3.335 per 20 Juni 2025.

"Ketahanan Bitcoin dalam kondisi seperti ini mencerminkan perubahan besar dalam cara pandang investor terhadap aset digital. Ini bukan lagi soal spekulasi, tapi bagian dari strategi global yang semakin terstruktur," ungkap Antony, Sabtu (22/6).

Ia menambahkan, ketidakpastian geopolitik dan kebijakan suku bunga tinggi—yang saat ini ditahan The Fed di level 4,25–4,50%—mendorong investor mencari instrumen yang netral secara politik, transparan, dan tidak mudah dimanipulasi. Menurutnya, Bitcoin memenuhi kriteria itu.

Baca Juga: Tetiba Anjlok Usai Sideways, Harga Bitcoin Turun ke US$103.000

Antony mencatat peningkatan minat terhadap Bitcoin, termasuk dari investor institusional yang mulai melihatnya sebagai alat lindung nilai—bukan sekadar instrumen spekulatif.

"Bitcoin tidak bergantung pada otoritas pusat seperti bank sentral. Jumlahnya terbatas, hanya 21 juta koin, dan hal ini tidak bisa diubah sembarangan," jelasnya. "Ini memberi nilai protektif terhadap inflasi jangka panjang."

Meski begitu, ia mengingatkan bahwa harga Bitcoin tetap sensitif terhadap sentimen pasar, terutama terkait kebijakan ekonomi global dan eskalasi geopolitik.

Menurut Antony, baik emas maupun Bitcoin memiliki keunggulan masing-masing. "Emas memiliki nilai historis dan telah digunakan selama ribuan tahun, sementara Bitcoin menawarkan keunggulan strategis dalam ekonomi digital masa depan," katanya.

Keduanya, lanjutnya, dapat berfungsi sebagai pelindung nilai—tergantung pada konteks ekonomi dan profil risiko investor.

Tren serupa mulai terlihat di Indonesia. Antony mencatat meningkatnya minat dari kalangan investor muda yang kini melihat Bitcoin sebagai bagian dari portofolio jangka panjang, bukan sekadar aset untuk ditradingkan secara cepat.

"Ada pergeseran dari spekulasi menuju strategi. Investor sekarang lebih sadar pentingnya diversifikasi, dan Bitcoin jadi salah satu pilihan utama," tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Istihanah
Editor: Istihanah

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: