Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Inspirasi Terciptanya Tas Gucci hingga Sukses Menjadi Brand Mewah Dunia dari Italia

Inspirasi Terciptanya Tas Gucci hingga Sukses Menjadi Brand Mewah Dunia dari Italia Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Guccio Gucci adalah sosok di balik berdirinya salah satu merek fashion paling ikonik dan mewah di dunia, Gucci. Ia lahir pada 26 Maret 1881 di Florence, Italia, dari keluarga sederhana. 

Ayah Guccio, Gabriello Gucci, adalah seorang pengrajin kulit, pekerjaan yang saat itu umum di kawasan industri Florence. Pada usia 17 tahun, sekitar tahun 1898, Guccio merantau ke Paris dan kemudian ke London demi mencari pengalaman dan pekerjaan.

Di London, ia bekerja sebagai penjaga lift (liftboy) di Savoy Hotel, salah satu hotel mewah paling terkenal di Eropa pada masa itu. Pekerjaan yang tampak biasa inilah yang justru menjadi titik balik hidupnya. 

Di tengah aktivitas harian mengantar tamu naik turun lift, Guccio menyaksikan langsung gaya hidup para elite bangsawan, sosialita, dan pengusaha kelas atas. Ia mengamati selera fashion mereka, khususnya tas dan aksesori kulit mewah seperti produk buatan H.J. Cave & Sons.

Pengalaman inilah yang menanamkan inspirasi besar dalam dirinya, yaitu menciptakan produk kulit yang elegan, berkualitas tinggi, dan memiliki nilai prestise.

Baca Juga: Perjalanan WhatsApp, dari Aplikasi Tak Laku hingga Kini Sukses Digunakan 2,9 Miliar Orang

Setelah beberapa tahun di luar negeri, Guccio kembali ke kampung halamannya dan menikahi Aida Calvelli, seorang penjahit. Ia mulai membantu usaha ayahnya memproduksi sadel dan perlengkapan berkuda. Namun, dengan berkembangnya industri otomotif, permintaan terhadap sadel menurun drastis.

Pada tahun 1921, Guccio memutuskan untuk berani melangkah lebih jauh. Dengan modal tabungan hasil kerjanya selama di London, ia membuka butik pertamanya di Florence dengan nama House of Gucci. Toko ini menjual barang-barang kulit seperti koper dan tas berkuda, yang dirancang dengan standar kualitas tinggi dan diperuntukkan bagi kalangan elite.

Produk Gucci cepat mendapatkan tempat di hati para pelanggan bangsawan. Logo kuda yang digunakan pada produk-produknya terinspirasi dari konsumen awal yang kebanyakan merupakan pecinta berkuda.

Pada era 1930-an, Guccio memperluas lini produknya dengan memperkenalkan sepatu, ikat pinggang, dan aksesori lainnya. Saat Italia mengalami embargo oleh Liga Bangsa-Bangsa pada 1935, yang menyebabkan kelangkaan bahan kulit, Gucci berinovasi menggunakan bahan alternatif seperti rami (canapa). Dari keterbatasan ini lahir motif berlian bertautan yang kemudian menjadi salah satu ciri khas merek Gucci.

Cabang kedua dibuka di Roma pada tahun 1938, dan sejak itu ekspansi terus berlanjut, dengan putra-putranya, Aldo, Rodolfo, dan Vasco, terlibat langsung dalam pengelolaan dan perluasan bisnis.

Baca Juga: Suksesnya Karir Hilmi Panigoro, Lulusan Geologi yang Bawa Medco Group Semakin Besar

Guccio Gucci meninggal dunia pada 2 Januari 1953, hanya dua minggu setelah Aldo membuka butik Gucci di New York yang menjadi langkah pertama menuju ekspansi global. Warisan bisnisnya dibagi kepada ketiga putranya, Vasco mengelola operasi di Florence, Rodolfo menangani butik Milan, dan Aldo memimpin ekspansi internasional.

Setelah kematian Guccio Gucci, merek Gucci mengalami berbagai dinamika, termasuk konflik keluarga. Namun, fondasi kuat yang dibangun Guccio berbasis pada kualitas, inovasi, dan eksklusivitas tetap menjadi pilar utama pertumbuhan brand ini.

Kini, Gucci memiliki lebih dari 500 toko di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Beberapa tahun menjadi masa sulit bagi Gucci, tetapi kebesaran namanya tetap tidak goyah bagi pecinta tas mahal di dunia. 

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: