Waspada, Penggunaan ChatGPT Berlebihan Dapat Menurunkan Aktivitas Otak
Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Penelitian terbaru dari MIT Media Lab mengungkap bahwa penggunaan kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT berpotensi melemahkan kemampuan berpikir kritis dan menurunkan keterlibatan otak dalam proses belajar.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran terhadap dampak jangka panjang AI terhadap aktivitas kognitif manusia, khususnya pada otak yang masih berkembang.
Peneliti MIT Media Lab, Nataliya Kosmyna, mengatakan riset tersebut melibatkan 54 partisipan berusia 18–39 tahun diminta menulis esai dengan tiga pendekatan berbeda yaitu menggunakan ChatGPT, menggunakan mesin pencari Google, dan tanpa bantuan teknologi sama sekali.
"Hasil pemindaian EEG menunjukkan bahwa partisipan yang menggunakan ChatGPT mengalami aktivitas otak paling rendah, khususnya pada area yang berkaitan dengan bahasa dan perilaku," ujar Nataliya dikutip Time, Senin (22/6/2025).
Baca Juga: AI Jadi Sorotan, Apple Pertimbangkan Akuisisi Perplexity
Nataliya mengatakan, peserta yang menggunakan ChatGPT cenderung menunjukkan pola pasif. Banyak dari mereka hanya menyalin jawaban yang dihasilkan AI tanpa melakukan evaluasi kritis atau pengolahan informasi lebih lanjut.
Adapun, Esai yang dihasilkan pun dinilai datar, seragam, dan minim orisinalitas oleh tim penguji.
“Otak yang sedang berkembang paling rentan terkena dampaknya,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menggunakan AI dalam kegiatan belajar, terlebih jika dilakukan secara terus-menerus. Penggunaan tanpa kesadaran dapat menggantikan proses berpikir yang mendalam, sehingga menghambat perkembangan kognitif.
Baca Juga: ChatGPT Menilai Denny JA sebagai Tokoh Highly Gifted dengan IQ 145–155
Meski penelitian ini belum melalui proses peer review dan masih memiliki cakupan terbatas, temuan awalnya mendorong diskusi serius di kalangan ilmuwan dan pendidik mengenai dampak AI terhadap cara manusia berpikir, belajar, dan mengingat.
Studi ini menegaskan pentingnya penggunaan teknologi secara sadar dan bijak, bukan sebagai pengganti penuh aktivitas kognitif manusia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement