Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kinerja Ekspor-Impor Indonesia Mei 2025: Surplus Perdagangan Capai US$4,30 Miliar

Kinerja Ekspor-Impor Indonesia Mei 2025: Surplus Perdagangan Capai US$4,30 Miliar Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Warta Ekonomi, Jakarta -

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data ekspor-impor serta neraca perdagangan Indonesia bulan Mei 2025. Dalam rilis resmi yang disampaikan secara hybrid, BPS menyampaikan bahwa neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus US$4,30 miliar, melanjutkan tren positif selama 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Total nilai ekspor Indonesia periode Januari-Mei 2025 mencapai US$111,98 miliar, tumbuh 6,98% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini terutama didorong oleh ekspor nonmigas yang naik 8,2% (US$106,06 miliar), sementara ekspor migas turun 11,26% (US$5,92 miliar).

Pada Mei 2025 saja, ekspor mencapai US$24,61 miliar, meningkat 9,68% secara tahunan (yoy). Sektor industri pengolahan menjadi penyumbang utama dengan kontribusi US$19,76 miliar, didorong oleh kenaikan ekspor minyak kelapa sawit, logam dasar bukan besi, dan komponen elektronik.

Sementara itu, total impor Januari-Mei 2025 tercatat US$96,60 miliar (naik 5,45% yoy). Impor nonmigas mencapai US$82,96 miliar (naik 7,92%), sementara impor migas turun 7,44% menjadi US$13,64 miliar.

Baca Juga: Dari Sumbawa ke Filipina, Pelindo Multi Terminal Lepas Ekspor 6.000 Ton Jagung

Pada Mei 2025, impor barang modal melonjak 24,84%, menunjukkan aktivitas industri yang masih kuat. Tiongkok, Jepang, dan Singapura menjadi tiga pemasok utama impor nonmigas Indonesia.

Surplus neraca perdagangan Mei 2025 (US$4,30 miliar) terutama ditopang oleh surplus nonmigas (US$5,83 miliar), dengan penyumbang terbesar adalah:

  • Lemak & minyak hewani/nabati (HS15) – surplus US$12,44 miliar.
  • Bahan bakar mineral (HS27) – surplus US$11,51 miliar.
  • Besi & baja (HS72) – surplus US$7,53 miliar.

Namun, defisit migas masih terjadi (US$1,53 miliar) akibat impor minyak mentah dan hasil minyak yang tinggi.

BPS menyoroti perlunya kewaspadaan terhadap perlambatan ekonomi Tiongkok dan Jepang yang berada di zona kontraksi, sementara AS dan India masih tumbuh positif. Selain itu, fluktuasi harga komoditas global, seperti CPO dan batubara, akan terus memengaruhi kinerja perdagangan ke depan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: