- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Terpanggang Rumor Bangkrut, Masih Layakkah Saham Gudang Garam Dikoleksi?

PT Gudang Garam Tbk (GGRM), salah satu pilar industri rokok nasional, tengah berada dalam tekanan hebat. Emiten rokok ini membukukan penurunan laba bersih yang sangat tajam sepanjang tahun 2024, hanya mencatatkan Rp980,8 miliar, merosot 81,57% dari Rp5,32 triliun pada 2023.
Kondisi tersebut berdampak langsung pada kinerja saham GGRM yang terus tertekan. Pada penutupan perdagangan Rabu (2/7/2025), saham perusahaan ditutup di level Rp8.925 per saham. Sejak awal tahun, nilai saham GGRM telah terkoreksi lebih dari 30%, dari posisi semula yang berada di atas Rp13.000.
Pengamat pasar modal Lanjar Nafi menilai penurunan saham GGRM lebih disebabkan oleh pelemahan fundamental perusahaan dibandingkan sentimen sesaat seperti rumor kebangkrutan.
Baca Juga: Asap Pekat Rokok Ilegal Redupkan Gudang Garam
“Segmen rokok mesin yang merupakan penyumbang utama pendapatan GGRM mengalami tekanan akibat kenaikan tarif cukai, persaingan yang semakin ketat, dan kemungkinan penurunan volume penjualan,” ujar Lanjar kepada Warta Ekonomi, Rabu (2/7/2025).
Lanjar menambahkan, meskipun rumor kebangkrutan belum terbukti, dampaknya tetap signifikan terutama terhadap investor ritel yang reaktif terhadap kabar negatif. Hal ini menciptakan potensi panic selling yang menekan harga saham lebih dalam.
"Investor ritel biasanya langsung melepas saham tanpa memperhitungkan valuasi atau potensi pemulihan. Ini menciptakan efek berantai," jelasnya.
Menurut Lanjar, tekanan struktural di industri rokok cukup berat saat ini. Kenaikan cukai secara konsisten menekan margin produsen, sementara daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih. Di sisi lain, maraknya rokok ilegal dan perubahan tren konsumsi juga mempersempit ruang gerak produsen rokok legal seperti Gudang Garam.
Baca Juga: Dulu Cuan Rp10 Triliun, Kini Asap Kejayaan Gudang Garam (GGRM) Mulai Padam
Ia menilai bahwa untuk memperbaiki kondisi, manajemen Gudang Garam perlu mengambil langkah strategis. Di antaranya, diversifikasi produk, efisiensi operasional, serta ekspansi ke lini usaha lain untuk memperkuat pendapatan.
"Transparansi dan komunikasi strategis kepada publik dan investor juga sangat penting agar pasar tidak terus berspekulasi negatif," tegasnya.
Meski secara teknikal saham GGRM tampak undervalued, Lanjar menilai risiko masih terlalu tinggi. Ia menyarankan investor menahan diri untuk masuk ke saham ini sebelum ada klarifikasi resmi dari manajemen maupun sinyal pemulihan yang konkret.
“Investor sebaiknya menunggu kejelasan arah strategi dan jika perlu, lakukan rebalancing portofolio untuk mengurangi paparan terhadap risiko saham GGRM,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement