Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Harga Minyak Naik Gegara Iran Batasi Akses Badan Nuklir Global

Harga Minyak Naik Gegara Iran Batasi Akses Badan Nuklir Global Kredit Foto: SKK Migas
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga minyak mentah dunia ditutup menguat signifikan pada perdagangan Rabu (2/7). Iran secara resmi menghentikan kerja sama dengan Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Sementara Amerika Serikat (AS) mencapai kesepakatan dagang dengan Vietnam.

Dilansir dari Reuters, Kamis (3/7), Brent crude naik 3% ke US$69,11. Sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 3,1% menjadi US$67,45.

Baca Juga: Pemerintah Andalkan Sumur Rakyat Untuk Capai Target Lifting Minyak dan Gas Naik di RAPBN 2026

Iran meningkatkan kekhawatiran geopolitik dengan mengesahkan undang-undang yang menyatakan bahwa semua inspeksi ke fasilitas nuklirnya kini harus mendapatkan persetujuan dari Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Iran menuduh badan nuklir dunia berpihak pada negara-negara tertentu dan memfasilitasi serangan udara Israel.

“Pasar saat ini sedang memberi premi risiko geopolitik atas langkah mereka terhadap IAEA. Namun ini masih soal sentimen; belum ada gangguan pasokan minyak secara nyata, ” ujar analis UBS Analyst, Giovanni Staunovo.

Adapun Presiden Amerika Serikat, Donald Trump  mengonfirmasi adanya kesepakatan dagang dengan Vietnam. AS dengan kesepakatan tersebut akan mengenakan tarif 20% pada banyak produk ekspor Vietnam. Sementara ekspor AS ke Vietnam tidak dikenakan tarif.

Sementara Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Sekutunya (OPEC+) berencana untuk meningkatkan produksi sebesar 411.000 barel per hari (bpd) pada bulan depan telah sepenuhnya diperhitungkan oleh pasar, dan dinilai tidak akan mengejutkan pelaku pasar seperti sebelumnya.

Staunovo mencatat bahwa meskipun ada rencana peningkatan produksi, total ekspor lembaga tersebutt tetap datar atau sedikit menurun sejak Maret. Tren ini kemungkinan akan berlanjut sepanjang musim panas karena permintaan energi meningkat di tengah cuaca panas ekstrem.

Fokus pasar kini tertuju pada laporan ketenagakerjaan bulanan yang akan dirilis akhir pekan ini di AS. Data tersebut akan menjadi acuan utama untuk menilai kemungkinan waktu dan kedalaman pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).

Baca Juga: Didukung DPR, Revisi UU Migas Dinilai Penting untuk Mencapai Swasembada Energi

Suku bunga yang lebih rendah biasanya mendorong aktivitas ekonomi dan berpotensi meningkatkan permintaan energi, termasuk minyak.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: