Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Akar dan Ranting Kerajaan Bisnis Keluarga Haji Isam di BEI

Akar dan Ranting Kerajaan Bisnis Keluarga Haji Isam di BEI Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Di tengah gegap gempita pasar modal Indonesia, satu nama perlahan tapi pasti mulai menggeliat dan menarik perhatian: Andi Syamsuddin Arsyad. Publik mengenalnya sebagai Haji Isam, konglomerat low-profile asal Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, yang dulunya hanya seorang tukang ojek dan sopir truk kayu.

Namun kini, langkah bisnisnya telah menjejak kuat di lantai bursa, dengan gurita usaha yang tak hanya luas, tapi juga dalam dan terstruktur.

Jika selama ini nama-nama besar macam Salim, Hartono, atau Thohir kerap jadi sorotan media keuangan, Haji Isam dan keluarga memilih jalan berbeda: senyap, sistematis, tapi perlahan mendominasi.

Lahir di Bone, Sulawesi Selatan, Haji Isam adalah potret klasik dari narasi "dari nol". Perjalanan hidupnya berubah ketika mendapat akses masuk ke bisnis batu bara lewat perkenalan dengan seorang pengusaha Tionghoa asal Surabaya.

Itulah momen kelahiran PT Jhonlin Baratama—dan dari sanalah, Jhonlin Group mulai bertumbuh, menancapkan akarnya dari batu bara hingga logistik, perkebunan sawit, pelabuhan, transportasi udara, dan kini... ayam goreng.

PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR): Biodiesel dan Legitimasi Negara

PT Jhonlin Agro Raya Tbk (JARR) adalah wajah publik pertama dari imperium keluarga Haji Isam. Berdiri sejak 2014, JARR tak sekadar produsen kelapa sawit. Ia adalah pemain biodiesel yang pabriknya diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Dengan lahan lebih dari 18.000 hektare dan berbagai produk turunan dari sawit, JARR memperlihatkan bagaimana keluarga ini masuk ke isu strategis nasional: energi terbarukan.

Kepemilikan atas JARR berada di tangan PT Eshan Agro Sentosa, dan kendali atasnya makin tegas saat anak kedua Haji Isam, Jhony Saputra, menjabat sebagai Komisaris Utama.

PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN): Liana dan Wajah Baru Konglomerasi

Tahun 2020 menjadi titik penting lain ketika PT Pradiksi Gunatama Tbk (PGUN) melantai di BEI. Muncullah nama Liana Saputri, anak perempuan Haji Isam yang saat itu baru berusia 22 tahun, langsung menjabat sebagai Komisaris Utama.

Liana, lulusan Santa Monica College di Los Angeles, menjadi simbol regenerasi. Meskipun nama sang ayah tidak muncul dalam prospektus, dua entitas pengendali PGUN—PT Citra Agro Raya dan PT Araya Agro Lestari—berada di bawah kendali dirinya dan sang kakak. Kini, valuasi PGUN memang turun dari masa keemasan Rp 1.350 per saham ke Rp 545. Tapi pengaruh keluarga tetap melekat erat.

PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE): Menguasai Rantai Logistik

Akuisisi PT Dana Brata Luhur Tbk (TEBE) memperkuat sinyal bahwa keluarga Haji Isam serius membangun rantai logistik mandiri. Melalui PT Dua Samudera Perkasa, mereka menguasai 71,15% saham TEBE pada Maret 2025.

TEBE, lewat anak usahanya PT Talenta Bumi, mengoperasikan jalan angkut batu bara, stockpile, dan terminal pelabuhan. Dalam dunia batu bara, menguasai logistik sama dengan menguasai denyut nadi bisnis. Langkah ini, bagi banyak pengamat pasar, bukan hanya ekspansi, tapi integrasi strategis yang jarang dilakukan oleh pemain sekelas Jhonlin Group.

Baca Juga: Meski Laba Turun, Emiten Sawit Haji Isam (PGUN) Tetap Bagikan Dividen Miliaran

PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST/KFC): Dari Batu Bara ke Sayap Ayam

Langkah terbaru dan paling mengejutkan datang pada Juni 2025. Liana Saputri, melalui PT Shankara Fortuna Nusantara (SFN), mengakuisisi 15% saham PT Jagonya Ayam Indonesia (JAI) dari PT Fast Food Indonesia Tbk (pengelola KFC). Transaksi senilai Rp 54,44 miliar ini memperlihatkan niat besar keluarga Haji Isam merambah ke sektor ritel makanan—jauh dari akar bisnis batu bara yang selama ini menjadi identitas mereka.

SFN sendiri baru berdiri pada akhir 2024, bergerak di bidang perdagangan besar ayam dan produk olahannya. Liana memimpin entitas ini dengan dua rekannya: Putra Rizky Bustaman dan Bani Adityasuny Ismiarso. Masuknya SFN ke KFC bukan sekadar diversifikasi, tapi pernyataan: gurita bisnis ini akan menjangkau semua sektor strategis.

Baca Juga: KFC Indonesia (FAST) Jual 15% Saham Jagonya Ayam, Ini Tujuannya

Keluarga dan Kendali Tak Langsung

Yang menarik dari seluruh ekspansi ini adalah satu pola: tidak ada dominasi langsung atas nama Haji Isam. Kendali diserahkan ke tangan anak-anaknya. Peran mereka bukan simbolis, tapi eksekutor utama. Baik Liana maupun Jhony telah menjelma menjadi manajer strategis gurita ini.

Strategi ini mencerminkan pola konglomerasi modern: manajemen profesional dikombinasikan dengan kendali keluarga, diselimuti kerahasiaan, dan dioperasikan dengan presisi.

Baca Juga: Laba Emiten Milik Haji Isam (JARR) Melejit 3 Kali Lipat, Meski Penjualan Menurun

Bursa efek kini bukan hanya tempat mencari dana bagi keluarga Haji Isam. Ia adalah panggung—sekaligus jendela—untuk memperlihatkan bahwa mereka telah tumbuh dari pengusaha regional menjadi pemain nasional yang siap unjuk gigi. Tidak lewat promosi besar-besaran, tapi lewat aksi korporasi konkret, akuisisi strategis, dan pengendalian melalui anak-anak mereka.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: