Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bursa Asia Dibayangi Masih Minimnya Hasil Negosiasi Tarif Trump Jelang Tenggat di 9 Juli

Bursa Asia Dibayangi Masih Minimnya Hasil Negosiasi Tarif Trump Jelang Tenggat di 9 Juli Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Mayoritas Bursa Asia mengalami koreksi yang signifikan dalam perdagangan di Jumat (4/7). Pasar saham mulai khawatir dengan minimnya pengumuman kesepakatan dagang dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Dilansir dari CNBC International, Senin (7/7), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia:

  • Hang Seng (Hong Kong): Turun 0,64% ke 23.916,06.
  • CSI 300 (China): Naik 0,36% ke 3.982,20.
  • Shanghai Composite (China): Naik 0,32% ke 3.472,32.
  • Nikkei 225 (Jepang): Naik 0,06% ke 39.810,88.
  • Topix (Jepang): Turun 0,04% ke 2.827,95.
  • Kospi (Korea Selatan): Turun 1,99% ke 3.054,28.
  • Kosdaq (Korea Selatan): Turun 2,21% ke 775,80.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan akan mulai mengirim surat kepada mitra dagang yang berisi rincian tarif impor yang akan dikenakan, seiring semakin sedikitnya kesepakatan perdagangan yang tercapai menjelang tenggat 9 Juli.

Pengumuman Trump menyoroti bahwa hanya ada sedikit perjanjian yang berhasil diraih, yakni dengan Vietnam. AS sendiri juga tercatat baru mencapai kesepakatan kerangka dengan China dan Inggris.

Adapun Menteri Keuangan Amerika Serikat, Scott Bessent mengatakan bahwa perjanjian sudah mendekati final dengan India.

Namun, Jepang dan Korea Selatan yang sebelumnya disebut akan menjadi negosiasi yang pertama selesai, tampaknya malah mengalami kebuntuan.

"Semua kini tinggal menunggu 9 Juli," kata IG Analyst, Tony Sycamore.

Ia menambahkan bahwa minimnya optimisme pasar atas perjanjian dagang menjadi penyebab pelemahan indeks saham dalam kawasan, terutama di Jepang dan Korea Selatan.

AS juga menjadi sorotan karena data ketenagakerjaan yang kuat, menunjukkan bahwa ekonominya tetap lebih tangguh dari perkiraan banyak pihak. Sycamore menilai, hal ini menjadi sinyal positif bahwa pasar bisa terus menguat ke depan.

Baca Juga: Asing Net Sell Rp465,94 Miliar Kala IHSG Loyo, 10 Saham Ini Paling Banyak Dibuang

Data tersebut juga membuat pelaku pasar menghapus ekspektasi pemangkasan suku bungapada bulan ini, karena kekuatan pasar tenaga kerja mengindikasikan tidak adanya urgensi untuk pelonggaran moneter.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: