Ekspor Tinggi, RI Punya Fondasi Kokoh Bangun Industri Minyak Atsiri Berdaya Saing Global
Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin), M. Rum mengungkapkan Indonesia mempunyai fondasi kokoh untuk membangun industri minyak atsiri berdaya saing global.
Dirinya menjelaskan dari 97 jenis tanaman atsiri yang dikenal di dunia, sekitar 40 jenis tumbuh subur di Indonesia, dan setidaknya 25 jenis telah dibudidayakan secara komersial seperti nilam, sereh wangi, cengkeh, pala, hingga kenanga.
Baca Juga: Menko Airlangga Sebut RI-AS Perlu Perkuat Hubungan Perdagangan
Dengan didukung kekayaan hayati yang melimpah dan warisan pengetahuan lokal yang telah terbentuk selama berabad-abad, Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam pengembangan industri minyak atsiri.
"Keanekaragaman ini menjadi modal penting bagi Indonesia untuk tampil sebagai pemimpin global dalam industri minyak atsiri. Dengan dukungan kondisi agroklimat dan warisan budaya yang kuat," ucapnya mewakili Menteri Perindustrian pada pembukaan Aromatika Indofest 2025 di Jakarta, Rabu kemarin, dikutip dari siaran pers Kemenperin, Jumat (11/7).
Pada tahun 2024, nilai ekspor minyak atsiri Indonesia mencapai USD259,54 juta, dengan minyak nilam sebagai komoditas utama yang menyumbang 54 persen atau senilai USD141,32 juta. Produk atsiri lain seperti minyak cengkeh, pala, cendana, dan sereh wangi, juga turut menopang ekspor nasional.
Industri minyak atsiri ini tersebar luas di berbagai daerah dari Aceh hingga Papua, dengan didukung lebih dari 3.000 unit penyulingan, dan menyerap lebih dari 200 ribu tenaga kerja, yang mayoritas digeluti oleh pelaku industri kecil dan menengah (IKM). Adapun total kapasitas produksi nasional mencapai 26.398 ton per tahun. “Ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal pemberdayaan masyarakat," tegas M. Rum.
Secara global, Indonesia menduduki peringkat ke-8 eksportir minyak atsiri dunia, dengan kontribusi sebesar 4,12 persen terhadap pasar global. Namun demikian, sebagian besar produk yang diekspor masih berupa bahan baku mentah.
“Oleh karena itu, pentingnya penguatan hilirisasi sebagai strategi kunci untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri dalam negeri,” imbuhnya.
Sementara itu, Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika menyampaikan, tren global saat ini menunjukkan peningkatan permintaan terhadap produk berbasis bahan alami dan berkelanjutan. Industri kosmetik alami, aromaterapi, pangan, hingga health and wellness menjadi pasar potensial yang terus tumbuh, dengan nilai pasar global yang meningkat 10 persen pada tahun 2024.
“Komoditas seperti nilam dan cengkeh dari Indonesia telah menjadi bagian penting dalam industri parfum dan gaya hidup sehat dunia,” ujarnya.
Namun demikian, tantangan masih dihadapi pelaku industri minyak atisiri dalam negeri, seperti terbatasnya diversifikasi produk hilir, ketersediaan bahan baku berstandar, akses pasar global yang terbatas, serta kebutuhan penguatan SDM.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement