Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hasil Negosiasi RI-AS Disorot, Ekonom Bandingkan dengan Vietnam

Hasil Negosiasi RI-AS Disorot, Ekonom Bandingkan dengan Vietnam Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menyoroti lemahnya posisi tawar Indonesia dalam kesepakatan dagang terbaru dengan Amerika Serikat (AS) yang diumumkan Presiden Donald Trump. Ia membandingkan hasil negosiasi Indonesia-AS dengan Vietnam-AS yang dinilai lebih menguntungkan pihak Vietnam.

Huda mengatakan bahwa meskipun tarif awal produk Vietnam ke AS lebih tinggi, penurunan tarif yang berhasil dinegosiasikan Vietnam jauh lebih signifikan dibanding Indonesia. Sebaliknya, tarif produk Indonesia tetap tinggi, yakni sebesar 19%, berdasarkan kebijakan baru yang berlaku mulai 1 Agustus 2025.

Baca Juga: Tarif Trump Ancam Ekspor RI, Sektor Tekstil dan Elektronik Berpotensi Terpukul

"Penurunan tarif barang dari Vietnam lebih signifikan dibandingkan barang dari Indonesia. Ini mencerminkan efektivitas negosiasi yang dijalankan oleh pemerintah Vietnam," kata Huda kepada Warta Ekonomi, Rabu (16/7/2025).

Presiden Trump sebelumnya menyatakan bahwa dalam kesepakatan dagang terbaru, Indonesia akan tetap membayar tarif 19% untuk produk ekspor ke AS, sementara AS memperoleh akses penuh ke pasar Indonesia tanpa tarif. Trump menyebut kesepakatan ini sebagai bagian dari strategi memperbaiki ketimpangan perdagangan yang dianggap merugikan pihak AS.

"Mereka akan membayar 19%, dan kami tidak membayar apa pun. Kami akan mendapatkan akses penuh ke Indonesia," kata Trump dalam pernyataan yang dilansir Reuters.

Baca Juga: Tarif Trump yang Bikin Ekonomi Dunia Gonjang Ganjing Berlaku Agustus, BI Waspadai Dampaknya

Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, menambahkan bahwa struktur perjanjian dengan Indonesia serupa dengan kesepakatan AS-Vietnam, namun ditekankan bahwa AS kini lebih diuntungkan. “Tidak ada tarif untuk ekspor kami ke sana. Tapi mereka akan membayar tarif ke sini. Kami membalikkan ketimpangan itu,” ujarnya.

Huda menilai ketidakseimbangan ini berpotensi memperlebar defisit perdagangan Indonesia dengan AS dan membebani industri dalam negeri yang belum siap bersaing dengan produk asing. Ia menyebut Vietnam berhasil menurunkan tarif dari 46% menjadi 20%, sementara Indonesia hanya mendapat penyesuaian dari 32% ke 19%.

Hingga kini, pemerintah Indonesia belum merilis rincian resmi isi kesepakatan yang diklaim oleh AS.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: