Kredit Foto: Pixabay/jdblack
Harga minyak dunia naik pada Kamis (17/7). Hal ini menyusul serangan drone selama empat hari berturut-turut terhadap ladang minyak di Kurdistan, Irak. Ia meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap risiko geopolitik dalam kawasan dari Timur Tengah.
Dilansir dari Reuters, Jumat (18/7), Minyak Brent ditutup naik 1,46% menjadi US$69,52. Sementara Minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 1,75% menjadi US$67,54.
Baca Juga: Legal dan Menguntungkan, Pemerintah Dorong Rakyat Kelola Sumur Migas Tua
Milisi Iran disebut kemungkinan besar berada di balik serangkaian serangan terhadap ladang minyak di Kurdistan. Meskipun hingga kini belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab.
Namun kkibat serangan ini, produksi minyak dari kawasan tersebut turun antara 140.000 hingga 150.000 barel per hari.
"Sebagian kenaikan harga ini merupakan respons terhadap serangan drone di Irak. Hal ini menunjukkan betapa rentannya pasokan minyak terhadap serangan berteknologi rendah," kata Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow.
Pasar juga masih diliputi kecemasan soal kebijakan tarif yang dapat menggeser arus pasokan minyak dari Amerika Serikat ke India dan China.
Trump sebelumnya menyatakan bahwa surat pemberitahuan tarif untuk negara-negara kecil akan segera dikirim, dan mengisyaratkan kemungkinan kesepakatan dengan China dan Uni Eropa.
Sementara itu, data terbaru menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah turun 3,9 juta barel pekan lalu di AS.
Baca Juga: Pertamina Drilling Gandeng BNPT Perkuat Deteksi Dini Ancaman Terorisme di Sektor Migas
Badan Energi Internasional (IEA) menambahkan bahwa meskipun produksi minyak meningkat, stok global tidak ikut naik, yang menunjukkan permintaan minyak global tetap tinggi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement