Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Trump Ancam Tarif 10 Persen ke Negara-Negara BRICS, Sebut Blok Mulai 'Tenggelam Cepat'

Trump Ancam Tarif 10 Persen ke Negara-Negara BRICS, Sebut Blok Mulai 'Tenggelam Cepat' Kredit Foto: Reuters
Warta Ekonomi, Jakarta -

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan bahwa blok BRICS "mulai tenggelam dengan cepat," dan mengklaim bahwa kemunduran tersebut terjadi akibat ancamannya untuk memberlakukan tarif 10 persen terhadap seluruh negara anggotanya.

Mengutip The Easter Herald, pada Minggu (20/7/2025) Trum menegaskan akan terus mempertahankan dominasi dolar AS di tengah upaya global yang dinilainya sebagai ancaman terkoordinasi terhadap supremasi mata uang tersebut.

Blok BRICS—yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan—telah berkembang dengan menambahkan anggota baru seperti Mesir, Iran, Uni Emirat Arab (UEA), Ethiopia, dan Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, BRICS gencar mendorong penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan lintas negara serta mengusung ambisi jangka panjang untuk menciptakan mata uang cadangan baru yang dapat menyaingi dolar.

Sebagai tanggapan, Trump melontarkan ancaman tarif menyeluruh sebagai bentuk tekanan dan isolasi terhadap negara-negara yang berencana melepaskan ketergantungan dari sistem keuangan berbasis dolar. Ia menyebut tarif tersebut sebagai mekanisme pertahanan terhadap apa yang ia anggap sebagai “ancaman paling serius terhadap dolar dalam sejarah modern.”

Baca Juga: Presiden Trump Akan Gugat Perusahaan Media

Pernyataan Trump ini muncul di tengah memanasnya suhu politik menjelang pemilihan presiden AS 2025. Dengan nasionalisme ekonomi kembali menjadi tema dominan, Trump berupaya menempatkan dirinya sebagai satu-satunya kandidat yang berani menghadapi aliansi multilateral yang dianggap merugikan kepentingan finansial Amerika.

Meski demikian, BRICS justru terus menunjukkan peningkatan pengaruh geopolitik. Sejak 2024, blok ini telah menerima beberapa anggota strategis seperti Iran dan UEA—dua negara kaya energi yang memiliki kekuatan finansial besar. Masuknya Indonesia pada Januari 2025 semakin memperkuat posisi BRICS di kawasan Asia Tenggara. Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengklaim bahwa hampir 90 persen perdagangan Rusia dalam konteks BRICS kini dilakukan menggunakan mata uang lokal, bukan dolar, sebagai bentuk komitmen terhadap agenda dedolarisasi.

Meski ancaman Trump memicu kekhawatiran di beberapa kalangan keuangan global, banyak pengamat meragukan efektivitas dari tarif menyeluruh tersebut. Sebagian besar negara BRICS telah melakukan diversifikasi perdagangan dan kini tidak lagi terlalu bergantung pada impor dari AS seperti dulu. Negara seperti China dan India bahkan memiliki pengaruh ekonomi sendiri terhadap pasar Amerika, sehingga potensi perang tarif bisa menimbulkan efek timbal balik yang merugikan perdagangan global secara keseluruhan.

Namun, strategi utama Trump tampak jelas: memperlakukan BRICS bukan sekadar sebagai lawan diplomatik, melainkan sebagai musuh ekonomi. Ia memperingatkan bahwa pemerintahan AS berikutnya tidak boleh melakukan “politik merayu” terhadap blok ini, dan justru harus mengambil sikap tegas demi menjaga dominasi dolar. Ancaman yang ia lontarkan mungkin terdengar berlebihan, namun memiliki dasar dari rekam jejak selama masa kepemimpinannya terdahulu, ketika ia kerap menggunakan tarif sebagai senjata untuk memaksa konsesi dari China dan mitra dagang lainnya.

Apakah ancaman ini akan benar-benar memperlambat laju ekspansi BRICS masih menjadi pertanyaan terbuka. Namun yang pasti, pertarungan atas dominasi mata uang global kini telah menjadi bagian utama dari lanskap geopolitik tahun 2025—di mana nasib dolar bukan lagi semata ditentukan oleh mekanisme pasar, tetapi juga oleh dinamika politik presiden Amerika Serikat.

Menurut laporan dari TASS, pernyataan Trump ini muncul di tengah spekulasi mengenai keberlanjutan jangka panjang BRICS sebagai penyeimbang institusi keuangan global yang didominasi Barat. Trump bahkan mengaitkan menurunnya partisipasi dalam forum-forum BRICS terbaru secara langsung dengan ancaman tarif yang ia keluarkan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Istihanah
Editor: Istihanah

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: