NTT DATA: Industri Kesehatan Belum Maksimal Selaraskan Bisnis dan AI
Kredit Foto: F5
NTT DATA mengungkapkan bahwa banyak organisasi kesehatan masih mengalami kesenjangan antara ambisi mereka terhadap teknologi akal imitasi (AI) dan strategi bisnis yang dijalankan. Meski sejumlah pelaku industri telah memiliki strategi AI yang terdefinisi, hanya sebagian kecil yang merasa strateginya benar-benar sejalan dengan arah bisnis utama mereka.
Pihaknya menyebutkan bahwa teknologi AI telah membawa dampak signifikan di sektor kesehatan, mulai dari peningkatan layanan pasien dan tenaga medis, hingga perbaikan hasil keuangan. Namun, sejumlah tantangan seperti keamanan data, etika, privasi, dan kepatuhan regulasi masih menjadi penghambat optimalisasi manfaat AI.
Baca Juga: Tanggapi Pernyataan White House, Menko Airlangga: Sudah Kesepakatan Kedua Negara
“AI berpotensi mempercepat penelitian dan pengembangan, memberikan akses lebih cepat ke pengobatan baru, meningkatkan akurasi diagnosis, hingga mengotomatisasi berbagai tugas administratif,” ujar Head of Healthcare NTT DATA North America, Sundar Srinivasan, dilansir Kamis (24/7).
Selain itu, organisasi kesehatan melihat solusi berbasis cloud sebagai pilihan yang hemat biaya dan praktis untuk kebutuhan teknologi AI mereka. Meski demikian, keterbatasan keterampilan internal untuk mengelola AI masih menjadi kendala, mendorong banyak institusi mengambil langkah untuk menyesuaikan dampak teknologi ini terhadap peran dan tanggung jawab tenaga kerja.
Srinivasan menekankan pentingnya penyelarasan AI dengan strategi bisnis, pelatihan menyeluruh bagi tenaga kerja, serta tata kelola berlapis yang tetap menempatkan manusia sebagai pusat pengambilan keputusan.
“Solusi AI yang berpusat pada manusia memungkinkan tenaga medis dan staf administratif bekerja lebih efisien tanpa mengorbankan keselamatan maupun kualitas layanan,” ungkapnya.
Contoh pemanfaatan nyata AI di bidang kesehatan antara lain prediksi penyakit kronis untuk intervensi dini serta percepatan proses administratif seperti persetujuan layanan medis.
Meski begitu, kekhawatiran terhadap pelanggaran privasi dan penyalahgunaan data kesehatan yang dilindungi (PHI) masih tinggi. Hanya sedikit pemimpin organisasi kesehatan yang benar-benar yakin bahwa sistem keamanan siber mereka cukup melindungi aplikasi AI saat ini.
Namun, secara umum para pemangku kepentingan tetap optimis. Mayoritas organisasi kesehatan berencana melakukan investasi besar dalam teknologi AI dalam dua tahun ke depan, meskipun mereka mengakui infrastruktur lama dan kesiapan data menjadi tantangan utama.
Baca Juga: DRX Token, Proyek Token Tanah Air yang Makin Serius di Panggung Global
“Infrastruktur yang sudah usang sangat membatasi pemanfaatan AI. Keberhasilan implementasi akan sangat bergantung pada kualitas data serta pembentukan tim pengambil keputusan yang kolaboratif,” tutur Srinivasan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement