Kredit Foto: Istimewa
Harga emas global kembali melemah untuk sesi kedua berturut-turut pada Kamis (24/7). Hal ini terjadi seiring meningkatnya optimisme pasar terhadap tercapainya kesepakatan dagang global, yang menekan permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.
Dilansir dari Reuters, Jumat (25/7), berikut ini adalah catatan pergerakan harga dari sejumlah komoditas utama logam mulia global:
- Spot gold: turun 0,5% menjadi US$3.370,69
- Emas berjangka: melemah 0,7% ke US$3.373,50.
- Spot silver: turun 0,7% ke US$39,02.
- Palladium: anjlok 3,5% ke US$1.234.
- Platinum: melemah 0,5% ke US$1.405,15.
Analis State Street Investment Management, Aakash Doshi mengatakan bahwa optimisme pasar terhadap kemajuan kesepakatan dagang antara AS dan Jepang, serta kemungkinan kesepakatan serupa dengan Uni Eropa, telah mengurangi minat investor terhadap emas.
"Penguatan pasar saham dan rendahnya volatilitas saat ini juga menekan potensi kenaikan harga emas," ujarnya.
Diketahui, AS dan Uni Eropa sedang dalam pembahasan menuju kesepakatan dagang, yang dapat mencakup tarif dasar 15% atas produk-produk Eropa dengan kemungkinan pengecualian tertentu. Langkah ini dilakukan menyusul kesepakatan dagang terpisah yang telah diumumkan antara AS dan Jepang.
Di sisi lain, pasar juga mencermati langkah mengejutkan Presiden AS Donald Trump yang dijadwalkan mengunjungi Federal Reserve (The Fed). Hal ini mempertegas ketegangan antara Gedung Putih dan Ketua The Fed Jerome Powell.
"Setiap potensi campur tangan terhadap independensi The Fed akan menjadi faktor yang mendukung harga emas dalam jangka menengah hingga panjang," ungkap Doshi.
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan 29–30 Juli mendatang, namun pasar masih memprediksi adanya kemungkinan pemangkasan suku bunga pada September.
Sebagai catatan, emas cenderung menguat dalam situasi ketidakpastian ekonomi dan lingkungan suku bunga rendah.
Baca Juga: Triwulan I Sektor Industri Logam Beri 1,1 Persen ke PDB Nasional
Dari sisi data ekonomi, klaim pengangguran mingguan AS secara tak terduga turun, mencerminkan stabilitas pasar tenaga kerja, meskipun perlambatan dalam perekrutan membuat pencari kerja kesulitan mendapatkan pekerjaan baru.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement