Kredit Foto: Cita Auliana
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), menjajaki peluang kemitraan dengan U.S. International Development Finance Corporation (IDFC), lembaga pembiayaan pembangunan milik pemerintah Amerika Serikat guna memperkuat basis investasi di sektor mineral kritis.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan kerja sama tersebut akan difokuskan pada pembiayaan ekosistem sektor mineral kritis di Indonesia, sejalan dengan kepentingan strategis kedua negara. Menurut Airlangga, langkah ini mencerminkan keterbukaan Indonesia terhadap investasi asing di sektor prioritas.
"Sudah ada pembicaraan antara Danantara dengan International Development Finance Corporation (IDFC). Untuk membiayai investasi ekosistem di bidang mineral kritis. Artinya Indonesia terbuka terhadap investasi," ujar Airlangga dikutip Jumat (25/7/2025).
Baca Juga: Indonesia Goda AS dengan Investasi Strategis di Mineral Kritis
Airlangga juga menyinggung praktik serupa yang telah dijalankan Uni Eropa melalui perusahaan milik pemerintah Prancis, Eramet.
“Itu sama dengan Amerika dengan Freeport-nya,” ujarnya.
Pembahasan ini menjadi bagian dari tindak lanjut Joint Statement Indonesia–Amerika Serikat yang diumumkan Gedung Putih pada awal pekan ini. Joint statement tersebut mencakup kerja sama tarif timbal balik, penguatan rantai pasok, serta protokol perlindungan data lintas negara.
Diberitakan sebelumnya, Danantara mencatat telah mengantongi pendanaan sebesar US$ 17 miliar atau setara dengan Rp 277,5 triliun sejak pertama dibentuk pada Februari 2025.
Baca Juga: Direspons Positif, Danantara Terima Banyak Proyek dari Dunia Internasional, Ini Rinciannya!
Chief Executive Officer (CEO) Danantara, Rosan Perkasa Roeslani, mengatakan pendanaan tersebut berasal dari kerjasama dengan sovereign wealth fund (SWF) negara lain dan beberapa sumber lainya.
"Dalam waktu mungkin 4 bulan terakhir ini sejak dan antara diluncurkan kita sudah mendapatkan pendanaan baik yang sifatnya equity atau kerjasama dengan private equity dengan sovereign wealth fund lain," ujar Rosan dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (22/7/2025).
Rosan mengatakan, jumlah US$ 17 miliar berasal dari US$ 7 miliar dari SWF negara lain dan US$ 10 miliar lainya berasal dari pendanaan revolving facility atau fasilitas pinjaman bergulir dari 12 Bank asing.
Baca Juga: Danantara Kantongi Pendanaan Rp 277,5 Triliun Dalam Empat Bulan
Dia mengatakan US$ 7 miliar berasal dari Qatar Investment Authority (QIA) sebesar US$ 4 miliar, China Investment Corporation (CIC) sebesar US$ 2 juta, dan Rusian Direct Investment Fund (RDIF) sebesar US$ 2 miliar.
"US$ 7 miliar itu dengan Qatar US$ 4 miliar, kemudian dengan CIC US$ 2 juta dan juga kemudian dengan RDIF dan kita sedang ada pebicaraan dengan sovereign wealth fund lainnya untuk bersama-sama untuk berinvestasi terutama di Indonesia," ujarnya.
Rosan melanjutkan, Indonesia mendapatkan kepercayaan 12 Bank asing dan memperoleh pendanaan recolving facility sebesar US$ 10 miliar. Ia menyebut, 12 Bank asing memberikan pinjaman tanpa jaminan.
Baca Juga: Danantara Restrukturasi Garuda, Tambah Armada Pesawat
"Pinjaman itu diberikan hanya berdasarkan tanpa kita istilahnya memberikan jaminan apapun. Benar-benar murni kepercayaan yang diberikan kepada Danantara dan kami pun yakini di depannya ini akan makin banyak kepercayaan yang diberikan," ucapnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement