Kredit Foto: BRPT
UBS Global Research menetapkan peringkat Netral terhadap saham PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Keputusan ini didasarkan pada potensi pertumbuhan sektor energi terbarukan yang digarap Barito serta sinyal pemulihan bisnis petrokimia perseroan dalam jangka menengah.
Barito Pacific saat ini merupakan pemimpin pasar energi terbarukan di Indonesia melalui anak usahanya yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN). Total kapasitas energi bersih BRPT mencapai sekitar 965 megawatt (MW) pada 2024 dan ditargetkan tumbuh menjadi 1,8–2,4 gigawatt (GW) antara 2027 hingga 2032.
Baca Juga: Laba Emiten Prajogo (PTRO) Merosot Meski Pendapatan Naik, Ini Pemicunya
Dalam laporan riset UBS, Selasa (29/7), BRPT diperkirakan mampu mencapai kapasitas 2GW pada 2030 dengan pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 11%. Pertumbuhan ini akan ditopang oleh proyek panas bumi dan angin yang sedang dikembangkan, seperti proyek Hamiding di Maluku Utara dan South Sekincau di Sumatera.
Dari sisi bisnis petrokimia, UBS menyebut tanda-tanda pemulihan mulai muncul, setelah sektor ini mengalami tekanan dalam dua hingga tiga tahun terakhir akibat ekspansi kapasitas besar-besaran dari Tiongkok. Anak usaha BRPT di sektor ini, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), merupakan produsen petrokimia terbesar di Indonesia dengan kapasitas 4,2 juta ton per tahun.
Baca Juga: Borong Saham BREN, Prajogo Pangestu Kucurkan Dana Rp23,8 Miliar
UBS memperkirakan permintaan global mulai pulih, sementara pasokan dari Tiongkok melambat. Laba bersih unit usaha ini diproyeksikan kembali positif mulai 2026, dengan potensi pertumbuhan CAGR penjualan sebesar 4% pada 2024–2027. Sumber pertumbuhan tambahan diperkirakan berasal dari proyek Aster dan kolaborasi chlor-alkali dengan Danantara yang bernilai US$800 juta, dengan kemungkinan dimulai pada 2026.
Valuasi saham BRPT disusun berdasarkan pendekatan sum-of-the-parts (SOTP), dengan proyeksi pertumbuhan EBITDA dan laba bersih masing-masing sebesar 19% dan 45% untuk periode 2024–2027. UBS menggunakan EV/EBITDA sebesar 12x untuk sektor energi terbarukan, serta pendekatan diskonto arus kas (DCF) untuk bisnis petrokimia dan proyek Indo Raya Tenaga.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement