- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Laba Anjlok 32%, Saham Vale (INCO) Tertekan di Tengah Pelemahan Harga Nikel
Kredit Foto: Reuters/Washington Alves
Saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengalami tekanan dalam beberapa waktu terakhir seiring pelemahan kinerja keuangan pada semester I 2025. Laba bersih perusahaan tercatat anjlok 32% secara tahunan, sementara pendapatan turun 11%, memicu kekhawatiran di kalangan investor dan analis.
Hingga penutupan perdagangan Kamis (31/7/2025), saham INCO berada di level Rp3.490 per saham, melemah 4,38%. Sebelumnya, saham sempat dibuka di level Rp3.490. Kemudian, berlanjut hingga pembukaan perdagangan Jumat (1/8/2025), harga saham INCO melemah 0,86% ke Rp3.460.
Analis pasar modal, Lanjar Nafi, mengatakan penurunan tajam laba bersih menjadi sentimen negatif utama. “Pendapatan Vale memang turun, tapi tekanan biaya atau harga jual yang rendah memperkecil margin mereka. Ini jadi alasan utama saham INCO terkoreksi,” ujarnya kepada Warta Ekonomi.
Baca Juga: Beban Usaha Gerogoti Keuntungan Vale Indonesia, Laba Bersih Terpangkas 32% di Semester I-2025
Dalam laporan keuangan yang dirilis ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Vale Indonesia mencatat pendapatan semester I 2025 sebesar US$426,73 juta, turun dari US$478,75 juta pada periode yang sama tahun lalu. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya harga rata-rata nikel global menjadi US$12.014 per ton, dari US$13.418 per ton pada semester I 2024.
Laba bersih kuartal II 2025 tercatat hanya US$3,5 juta, jauh lebih rendah dari US$21,8 juta di kuartal sebelumnya. Tekanan tambahan berasal dari absennya keuntungan sekali pakai (one-off gain) yang sebelumnya mencatatkan pengakuan nilai wajar derivatif sebesar US$16,6 juta.
Dari sisi operasional, produksi nikel matte sepanjang kuartal II 2025 mencapai 18.557 metrik ton, naik 9% dibanding kuartal sebelumnya, dan tumbuh 12% secara tahunan. Namun, volume penjualan turun menjadi 35.119 metrik ton, dari 35.680 metrik ton di semester I 2024.
Baca Juga: Eks Tim Mawar, Fauzambi Syahrul Multhazar Ditunjuk Jadi Presiden Komisaris Vale Indonesia
EBITDA semester I 2025 juga melemah ke US$91,7 juta, dibandingkan US$124,85 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Meski beban pokok pendapatan berhasil ditekan menjadi US$396,58 juta dari US$417,16 juta, efisiensi tersebut belum mampu menjaga margin di tengah pelemahan harga nikel.
Meski begitu, Lanjar menilai prospek jangka menengah hingga panjang Vale masih menjanjikan, seiring meningkatnya permintaan nikel dari industri kendaraan listrik (EV). “Selama tren elektrifikasi global berlanjut, nikel akan tetap relevan. INCO punya prospek fundamental yang kuat,” katanya.
Ia juga menyoroti proyek-proyek hilirisasi Vale, termasuk pembangunan smelter, sebagai katalis positif jangka panjang. Secara teknikal, Lanjar menyebut saham INCO masih berada dalam tren positif selama tidak menembus level support MA200 di kisaran Rp3.330.
“Jika saham terkoreksi di bawah Rp3.300, itu bisa jadi momen akumulasi. Valuasi wajar INCO kami perkirakan di kisaran Rp4.000 per saham,” tutupnya.
Lanjar mengimbau investor mencermati sejumlah faktor kunci sebelum mengambil keputusan investasi, seperti harga nikel global, arah kebijakan pemerintah, serta kinerja operasional perseroan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement