Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Indonesia Ekspor Prekursor Baterai ke Tesla, Bahlil: Hilirisasi Mulai Tunjukkan Hasil

Indonesia Ekspor Prekursor Baterai ke Tesla, Bahlil: Hilirisasi Mulai Tunjukkan Hasil Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan Indonesia telah berhasil mengekspor prekursor baterai ke perusahaan mobil listrik global, Tesla. Ekspor ini dilakukan oleh Huayou Indonesia bagian dari Zhejiang Huayou Cobalt, perushaaan asal China yang beropasi di Halmahera, Maluku.

”Bagaimana prokursor dibangun oleh Huayou. Kalau tidak salah Huayou sekarang sudah export ke Amerika ya. Prokursor yang untuk menenuhi Tesla," ujar Bahlil di Jakarta, Selasa (5/8/2025).

Prekursor adalah salah satu bahan utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Keberhasilan ekspor ini membuktikan bahwa hilirisasi industri mineral yang digencarkan pemerintah mulai menunjukkan hasil konkret di kancah global.

Baca Juga: Impor Lithium dari Australia Bukan Barang Baru, Bahlil: Lebih Murah dari Afrika

Bahlil mengatakan, proyek pengembangan industri baterai nasional tidak berjalan mudah, namun berkat konsistensi hilirisasi dan kolaborasi strategis dengan berbagai pihak, Indonesia kini menjadi pemain kunci dalam rantai pasok baterai dunia.

Indonesia saat ini tercatat sebagai tuan rumah dari rantai pasok baterai terintegrasi nomor satu di ASEAN dan nomor dua di dunia dengan 8 proyek ekosistem baterai yang tengah berjalan.

Menurut data Kementerian ESDM, kebutuhan baterai domestik hingga 2034 diperkirakan mencapai 392 GWh, ditopang oleh program kendaraan listrik nasional dan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebesar 100 GW.

Baca Juga: Proyek Industri Baterai Maluku Senilai US$8 Miliar Ditargetkan Rampung 2027

"Kita minta baterai-baterai untuk listrik ini semua harus memakai produk Indonesia. Ini market besar. Dan ini akan mendorong untuk bagaimana ketersediaan listrik bagi Koperasi Merah Putih. Karena kita akan pakai track listrik. Kita akan pakai motor listrik. Dan ini sekaligus untuk mendorong transisi energi dan kedaulatan energi," ungkapnya.

Bahlil optimistis Indonesia mampu menjadi pemain utama dalam industri baterai global, didukung oleh cadangan nikel yang besar. Mengutip data US Geological Survey (USGS), ia menyebut Indonesia memiliki 43% dari total cadangan nikel dunia.

"Tidak ada alasan menurut saya untuk tidak melakukan investasi yang efisien di negara Indonesia. Marketnya ada, bahan bakunya ada, ekosistemnya sudah ada, energi baru terbarukannya sudah ada," ungkapnya.

Baca Juga: Proyek Baterai Kendaraan Listrik Senilai US$6 M Diluncurkan, Libatkan Antam, IBC, dan Perusahaan China

Ia menyebut proyek besar yang sedang berjalan melibatkan kolaborasi antara Huayou, PT Aneka Tambang (Antam), dan Indonesia Battery Corporation (IBC) dengan nilai investasi mencapai USD 8 miliar. Proyek ini mencakup seluruh rantai pasok dari tambang, smelter, precursor, hingga baterai sel.

"Huayou sebentar lagi akan jalan dengan Antam dan IBC. Total investasi sekitar 8 miliar USD. Nah, kalau ini semua jadi, kita targetkan 2027 akhir, ini semua sudah jadi. Maka Indonesia akan menjadi salah satu negara pertama yang membangun ekosistem baterai mobil yang terintegrasi dari hulu sampai hilir,” tambahnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: