Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Hadapi Lonjakan Investasi AI, Studi Hitachi Vantara Ungkap Tantangan Dark Data di Indonesia

Hadapi Lonjakan Investasi AI, Studi Hitachi Vantara Ungkap Tantangan Dark Data di Indonesia Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Sebuah studi terbaru dari Hitachi Vantara mengungkap sebuah fenomena mengkhawatirkan: dunia bisnis di Indonesia ternyata menyimpan 'harta karun' yang terabaikan sekaligus berbahaya. Sebanyak 24% data yang dimiliki perusahaan hampir seperempat dari seluruh aset digital mereka masuk dalam kategori dark data, yaitu informasi yang telah dikumpulkan tetapi sama sekali tidak digunakan untuk analisis bisnis.

Kondisi ini bukan hanya menyia-nyiakan potensi wawasan yang berharga, melainkan juga menjadi liabilitas yang serius. Dark data membebani perusahaan dengan biaya penyimpanan yang membengkak, meningkatkan risiko pelanggaran kepatuhan (compliance), dan membuka celah kerentanan keamanan siber yang berbahaya. Yang lebih memprihatinkan, angka ini lebih dari dua kali lipat rata-rata global yang hanya sebesar 10%.

Lebih dalam lagi, survei yang mencakup 1.200 responden global (50 di antaranya dari Indonesia) dari berbagai seperti kesehatan, manufaktur, dan TI ini menemukan akar masalahnya: krisis kepercayaan dan ketersediaan data. Bagaimana mungkin AI bisa andal jika hanya 14% profesional IT yang yakin data mereka dapat diakses saat dibutuhkan? Dan yang lebih mencengangkan, hanya 6% saja yang benar-benar mempercayai output yang dihasilkan oleh model AI.

Baca Juga: Hitachi Vantara: AI Dilirik Perusahaan Asia, System Administrator Menjadi Penopang Utama

Bisnis Indonesia Tingkatkan Investasi AI dan Kebutuhan Penyimpanan Data

Perusahaan di Indonesia diproyeksikan meningkatkan investasi AI hingga 124%, mencerminkan komitmen kuat terhadap transformasi digital. Semakin banyak organisasi yang menyadari potensi AI untuk meningkatkan efisiensi dan mendorong inovasi, serta mengintegrasikan teknologi canggih untuk mengoptimalkan operasional dan mendukung pengambilan keputusan yang lebih cerdas.

Sejalan dengan itu, kebutuhan penyimpanan data diperkirakan melonjak 29,6% dalam dua tahun mendatang. Pertumbuhan data yang pesat ini menuntut solusi penyimpanan yang dapat diskalakan, aman, dan mudah diakses. Pengelolaan yang tepat akan memerlukan strategi data menyeluruh agar informasi tetap terorganisasi, terlindungi, dan siap digunakan untuk mendukung wawasan berbasis AI.

Adopsi AI, Keamanan, dan Tantangan Data di Indonesia

Perusahaan di Indonesia semakin gencar mengadopsi AI. Sebanyak 80% responden mengaku bekerja sama dengan Global Systems Integrators (GSI) untuk membantu proses implementasi, menunjukkan pentingnya dukungan mitra berpengalaman dalam memperlancar penerapan AI sekaligus memastikan integrasi yang mulus ke dalam operasional bisnis.

Pendekatan yang digunakan pun beragam. Sebanyak 74% memanfaatkan model AI gratis atau open-source, sementara 62% menggunakan solusi berbayar, dengan tujuan menyeimbangkan efisiensi biaya dan kebutuhan kustomisasi. Meski adopsi teknologi ini terus berkembang, tantangan di sisi keamanan dan pengelolaan data masih membayangi. Isu yang paling banyak dikhawatirkan antara lain ketidakmampuan memulihkan data akibat kesalahan internal AI (50%), risiko serangan siber berbasis AI (32%), dan potensi denda dari regulator akibat kebocoran data (39%).

Masalah tata kelola data juga belum teratasi sepenuhnya. Hanya 14% responden di Indonesia yang yakin data mereka tersedia saat dibutuhkan, dan hanya 6% yang percaya pada hasil keluaran model AI.

Dengan proyeksi peningkatan kebutuhan penyimpanan data hingga 29,6% dalam dua tahun mendatang, kesiapan data dan kerangka tata kelola menjadi hal mendesak untuk dibenahi. Strategi manajemen data yang matang akan sangat penting untuk mendukung ketergantungan yang semakin besar pada AI, sekaligus menjaga efisiensi operasional di tengah lanskap digital yang terus berubah.

Mengubah Tantangan Data Menjadi Peluang

Menghadapi tantangan dark data dan memaksimalkan potensi AI membutuhkan langkah strategis. Ming Sunadi selaku Country Managing Director Hitachi Vantara mengungkapkannbahwa perusahaan perlu membangun kerangka tata kelola data yang kokoh agar data dapat diklasifikasikan, dikelola, dan dimanfaatkan secara efektif. 

Analitik berbasis AI juga dapat dimanfaatkan untuk menggali wawasan berharga dari dark data dan mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Ia menyebut, organisasi yang berorientasi pada data dan memprioritaskan tata kelola serta analitik berada dalam posisi yang lebih baik untuk mendorong inovasi dan tetap kompetitif dalam lanskap digital yang terus berkembang.

"Tujuan kami adalah membantu perusahaan-perusahaan di Indonesia membangun ekosistem data yang tangguh untuk mendukung pertumbuhan dan efisiensi operasional," ungkap Ming Sunadi di Jakarta, Rabu, 27 Agustus 2025.

Baca Juga: AI dan ChatGPT Sudah Singkirkan 13 Persen Pekerja Gen Z

Pentingnya Memiliki Mitra yang Tepat

Survei ini juga mengungkap bahwa seiring kemajuan inisiatif AI, sebagian besar pimpinan IT di Asia melihat perlunya dukungan pihak ketiga di area penting, seperti perangkat keras, solusi penyimpanan dan pemrosesan data, perangkat lunak, hingga tenaga ahli.

Dalaam kesempatan yang sama, Sony Chahyadi selaku Enterprise Solutions Consultant Lead Hitachi Vantara mengatakan bahwa kolaborasi strategis dengan mitra ekosistem terpercaya sangat penting dalam menghadapi tantangan kompleks integrasi AI dan manajemen siklus hidup data.

"Dengan menyediakan solusi menyeluruh yang siap pakai untuk tingkat enterprise, kami memberdayakan organisasi untuk mengoperasionalkan aset data mereka secara efektif dan mempercepat pencapaian nilai bisnis yang terukur," ungkapnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: