Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penerapan K3L di Tempat Ibadah, Upaya Mencegah Risiko Kecelakaan dan Bencana Jemaah

Penerapan K3L di Tempat Ibadah, Upaya Mencegah Risiko Kecelakaan dan Bencana Jemaah Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
Warta Ekonomi, Surabaya -

Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lingkungan (K3L) di lingkungan ibadah masjid perlu dilestarikan dan dibudayakan.

Pasalnya, bagi masyarakat umum tidak mengetahui atau belum sadar bahwa di tempat tersebut (masjid)  jika terjadi bencana alam akan mengalami kerusakan parah serta menimbulkan kecelakaan bagi masyarakat saat menjalankan ibadahnya. Selain bencana alam, kecelakaan kecil juga terjadi setiap saat. Contoh, sebelum seseorang menjalankan sholat mereka harus berwudhu terlebih dahulu. Namun, tanpa kita sadari tempat wudhu bisa menimbulkan kecelakaan kecil sewaktu-waktu. Hal ini dikarenakan beberapa faktor. Pertama, lantai terlalu licin; lantai jarang dibersihkan; dan beberapa faktor lainnya.

Menurut pandangan Wakil Ketua Dewan K3 Jawa Timur, Edi Priyanto, bahwa masjid kerap dianggap bangunan paling aman. Hal ini dikarenakan fondasi bangunan lebih kuat, sirkulasi udara lebih sehat, pencahayaan cukup, dan ketersediaan air maupun listrik berlimpah. Namun, implementasi K3L di dalam masjid tak harus mewah.

Baca Juga: Putusan MK Soal Zakat: Kemenag Pastikan Tata Kelola Transparan, Adil, dan Sesuai Konstitusi

“Disesuaikan dulu dengan kebutuhan, tapi memberi dampak besar,” ungkap Edi dalam Focus Group Discussion (FGD) di Masjid Al Badar di Surabaya kemarin.

Selain kecelakaan, Edi juga menuturkan soal aspek lingkungan. Pengelolaan sampah plastik, misalnya, bisa jadi amal jariyah bila diterapkan dengan baik.

“Jika diwariskan dengan cara benar, akan menjadi kebaikan. Tapi bila merusak, generasi berikutnya menerima dosa jariyah,” tutur Edi.

Untuk itu, kata Edi, konsep K3L di dalam masjid mulai diterapkan secara bertahap. Sebuah langkah kecil, namun memberi arti untuk jemaah maupun masyarakat sekitar.

Menanggapi hal itu, Ketua Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PW Muhammadiyah Jatim, Muhammad Mirdasy, secara tegas mengatakan, langkah ini merupakan tindak lanjut dari penyusunan identifikasi budaya risiko di awal tahun.

“Bicara keselamatan dan kesehatan saat beribadah memiliki tahapan-tahapan yang cukup kompleks, karena banyak hal yang perlu dijalankan,” ungkap Mirdasy.

Mirdasy menegaskan bahwa masjid punya peran strategis bukan hanya tempat shalat, tetapi juga pusat literasi K3 dan lingkungan.

Baca Juga: Kemenag Dampingi Konsultasi dan Sosialisasi Regulasi Ruislag Wakaf di Cikarang

Langkah ini tak berdiri sendiri. LHKP menggandeng Lazismu untuk menggelar pelatihan pemadaman api skala rumah tangga. Harapannya, jemaah terbiasa dengan mitigasi risiko, sekecil apapun peluang terjadinya kebakaran dan kecelakaan lainnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Mochamad Ali Topan
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: