Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Ada suasana berbeda di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Selasa (17/9/2025). Menteri Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, resmi melantik sejumlah pejabat tinggi madya baru. Tujuannya? Sederhana: penyegaran organisasi biar mesin kerja kementerian ini makin ngebut.
Bahlil bahkan pakai analogi yang cukup unik saat menjelaskan alasannya. “Ibarat main bola. sebagai pelatih harus lihat mana yang jadi striker, mana yang jadi bek, mana yang jadi kiper, mana yang jadi playmaker,” kata Bahlil saat melantik.
“Kalau (pemain) udah capek sedikit, kita mungkin ada cedera otot sedikit. Ya kita perbaiki dulu,” sambungnya.
Baca Juga: Ahmad Erani Gantikan Dadan Kusdiana sebagai Sekjen KESDM
Ada pun sejumlah pejabat yang dilantik antara lain
-
Ahmad Erani Yustika ditunjuk sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, menggantikan Dadan Kusdiana.
-
Irjen Pol Yudhiawan resmi jadi Inspektur Jenderal Kementerian ESDM menggantikan Bambang Suswantono.
-
Jisman P Hutajulu yang sebelumnya Dirjen Ketenagalistrikan (Gatrik) kini dipindah menjadi Staf Ahli Bidang Perencanaan Strategis. Jabatan Dirjen Gatrik pun sementara kosong.
-
Dadan Kusdiana tak pergi jauh, ia dilantik sebagai anggota Dewan Energi Nasional.
Baca Juga: ESDM Tetapkan TIS Petroleum Garap WK Perkasa di Lepas Pantai Jatim
Nah, posisi Dirjen Gatrik yang kosong ini bikin banyak pihak menaruh perhatian. Soalnya, jabatan ini penting banget dalam mendorong target swasembada energi. Pemerintah bersama PLN sudah punya RUPTL 2025–2034 yang ambisius: menambah kapasitas listrik 69,5 GW, dengan 76% di antaranya dari energi baru terbarukan (EBT).
Sayangnya, kondisi saat ini masih jauh dari target. Kapasitas EBT yang terpasang baru sekitar 15,2 GW atau 14,5%. Jadi wajar kalau kursi Dirjen Gatrik dianggap krusial.
Drama Sebelumnya
Nama Jisman sendiri sempat jadi sorotan publik. Beberapa waktu lalu ia ditegur keras Bahlil di rapat DPR karena data elektrifikasi desa antara Ditjen Gatrik dan PLN nggak sinkron. Ditjen Gatrik mencatat ada sekitar 5.600 desa yang belum berlistrik, sementara data PLN bilang nyaris 10 ribu. Gap hampir dua kali lipat ini bikin Bahlil naik pitam.
“Masih mau jadi Dirjen kau?” semprot Bahlil kala itu, sambil mengingatkan bahwa data harus presisi dan nggak boleh bikin bingung publik.
Baca Juga: ESDM Tunggu Danantara untuk Tunjuk PLN Garap Proyek Waste to Energy
Pandangan Pengamat
Meski ada rotasi jabatan, pengamat ekonomi energi dari UGM, Fahmy Radhi, menilai kinerja instansi tetap bergantung pada pemimpinnya. Ia bahkan menyindir beberapa kebijakan Bahlil yang menurutnya keliru, mulai dari urusan LPG 3 Kg, tambang nikel di Raja Ampat, hingga impor BBM satu pintu.
“Kalau ada kesalahan di lapangan, ya komandannya yang bertanggung jawab. Anak buah cuma jalankan perintah,” tegas Fahmy.
Mau saya bikin versi yang lebih ringan lagi (ala media online populer, pakai bahasa lebih “ngepop” dengan judul clickbait) atau tetap versi santai tapi masih menjaga nuansa berita resmi?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement