Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
Keputusan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan dinilai mengejutkan pasar. Pasalnya, ekspektasi sebelumnya memperkirakan BI akan bersikap konservatif.
Pengamat pasar modal Lanjar Nafi menyebut langkah BI ini lebih didorong oleh motivasi memanfaatkan momentum untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Menurut saya motivasi BI menurunkan suku bunga lebih ke memanfaatkan momentum mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah kebijakan fiskal dan suntikan dana ke sistem keuangan yang cukup agresif dari pemerintah,” ujar Lanjar, kepada Warta Ekonomi, Jumat (19/9/2025).
Baca Juga: BI Turunkan Suku Bunga, Dunia Usaha Waspadai Risiko Rupiah
Ia menjelaskan, respons pasar sejauh ini positif untuk jangka pendek, terutama di pasar obligasi. Investor diperkirakan akan mengakumulasi obligasi dengan imbal hasil lebih tinggi dibanding deposito bank, sehingga meningkatkan permintaan dan mendorong kenaikan harga obligasi.
Dari sisi sektoral, Lanjar menilai sektor perbankan, properti, dan infrastruktur menjadi yang paling diuntungkan.
“Proyeksi saham-saham perbankan menurut saya masih atraktif terutama bank himbara atau BUMN. Terlepas dari kinerja keuangan yang solid, katalis positif juga datang dari suntikan likuiditas dari pemerintah hingga Rp200 triliun,” katanya.
Namun, tidak semua sektor merasakan dampak positif. Lanjar menegaskan, kinerja sektor pertambangan dan komoditas seperti batu bara, CPO, dan logam lebih ditentukan oleh harga global dan kondisi geopolitik. Hal serupa juga terjadi pada sektor defensif seperti kesehatan dan telekomunikasi, yang cenderung stabil serta inelastis terhadap siklus suku bunga.
Baca Juga: Asing Net Sell Rp358,32 Miliar, Saham Big Banks Jadi Sasaran Utama
Terkait arah kebijakan ke depan, Lanjar menilai ruang untuk penurunan suku bunga lanjutan masih terbuka namun terbatas.
“BI kemungkinan besar akan mengambil jeda untuk melihat dampak dari penurunan kali ini. Keputusan ke depan akan sangat bergantung pada data seperti tingkat inflasi, stabilitas rupiah, dan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.
Dalam konteks global, kebijakan BI dinilai sejalan dengan langkah sejumlah bank sentral lain, termasuk The Fed.
Oleh karena itu, Lanjar merekomendasikan investor untuk mulai mengurangi porsi di sektor komoditas dan memperbesar alokasi pada sektor yang diuntungkan dari penurunan bunga.
“Fokus pada bank-bank dengan fundamental kuat dan rasio CASA tinggi, karena mereka paling siap meraup keuntungan dari peningkatan volume kredit,” kata Lanjar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement