Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Rupiah Melemah Tiga Hari Beruntun, Sentimen Politik Dinilai Perburuk Pasar

Rupiah Melemah Tiga Hari Beruntun, Sentimen Politik Dinilai Perburuk Pasar Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Nilai tukar rupiah melemah signifikan selama tiga hari terakhir. Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai pelemahan ini dipicu oleh sentimen politik dari pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, yang dinilai tidak memberikan kepastian bagi pasar.

“Penyebab utama adalah perkataan. Testimoni-testimoni yang disampaikan oleh Menteri Keuangan Purbaya tidak mencerminkan sebagai seorang Menteri Keuangan. Semua berbau politis,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Senin (22/9/2024).

Menurutnya, pernyataan Purbaya cenderung meremehkan kebijakan pendahulunya, Sri Mulyani, alih-alih memberikan arah kerja yang jelas. Hal ini, kata Ibrahim, memicu ketidakpastian dan membuat arus modal asing kembali keluar dari Indonesia.

Baca Juga: BI Turunkan Suku Bunga, Dunia Usaha Waspadai Risiko Rupiah

“Seharusnya yang dilakukan Purbaya adalah bekerja, bukan memberikan statement-statement yang membingungkan pasar. Banyak yang mengatakan Menteri Keuangan lebih banyak memberi bumbu-bumbu politik dibandingkan bumbu-bumbu ekonomi,” ujarnya.

Selain faktor domestik, pelemahan rupiah juga dipengaruhi dinamika global. Ibrahim menyoroti eskalasi geopolitik Rusia-Ukraina yang semakin intens dengan keterlibatan Amerika Serikat dan NATO. Presiden Rusia Vladimir Putin bahkan menyebut calon penerusnya akan berasal dari kalangan veteran perang, yang menurut Ibrahim memperbesar risiko konflik terbuka di Eropa.

Baca Juga: Pasar Bergejolak dan Rupiah Ikut Terdampak Tanggapi Pergantian Posisi Menkeu, Ekonom: Itu Wajar!

Dari sisi Amerika Serikat, Ibrahim menambahkan, dinamika politik juga menekan sentimen pasar. Di sisi lain, Presiden Donald Trump terus melanjutkan upaya hukum terkait pemecatan pejabat pengadilan, yang memunculkan ketidakpastian kebijakan di negeri itu.

Dengan kondisi tersebut, Ibrahim menilai asumsi makro yang pernah diproyeksikan oleh Sri Mulyani dalam APBN 2025, yakni kurs rupiah Rp16.900 per dolar AS, semakin realistis. 

“Jadi jangan heran apa yang diperkirakan oleh Sri Mulyani kemungkinan besar akan terjadi,” ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: