Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wall Street Menguat, Pasar Buru Saham Teknologi Menyusul Ancaman Shutdown AS

Wall Street Menguat, Pasar Buru Saham Teknologi Menyusul Ancaman Shutdown AS Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Saham Wall Street ditutup menguat pada perdagangan di Senin (29/9). Hal ini didorong aksi beli pada saham-saham teknologi unggulan di tengah kekhawatiran mengenai kemungkinan penutupan sebagian dari Pemerintah Amerika Serikat.

Dilansir dari Reuters, Selasa (30/9), Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,15% menjadi 46.316,07, S&P 500 (SPX) menguat 0,26% menjadi 6.661,21, dan Nasdaq Composite (IXIC) ditutup naik 0,48% menjadi 22.591,15.

Baca Juga: PTBA Kucurkan Capex Sebesar Rp1,5 Triliun untuk Jalur Kereta Batu Bara

Sektor teknologi menjadi penopang terbesar seiring optimisme investor terhadap potensi pertumbuhan dari kecerdasan buatan (AI). Adapun Federal Reserve (The Fed) diprediksi akan terus memangkas suku bunga untuk menghadapi inflasi yang masih persisten dan ketidakpastian pasar tenaga kerja dari AS.

Fokus utama pasar minggu ini adalah kebuntuan antara Partai Republik dan Demokrat. Hal tiu terkait pendanaan pemerintah yang berisiko memicu shutdown mulai Rabu (1/10).

Meski Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat mempersiapkan kemungkinan penundaan rilis laporan ketenagakerjaan bulan ini jika shutdown terjadi, hal ini tidak menjadi pendorong utama pasar.

“Investor tetap berpegang pada sisi positif,” kata Analyst, Lindsey Bell.

Ia merujuk pada harapan pelonggaran kebijakan moneter dan tanda-tanda ketahanan ekonomi dari data terkini, termasuk pasar perumahan dan belanja konsumen.

“Pasar tidak akan langsung melonjak karena ini tetap menjadi risiko. Namun investor dapat melihat melewati potensi shutdown karena jika terjadi kemungkinan akan cepat diselesaikan, sehingga pasar dapat kembali fokus pada hal-hal yang lebih penting seperti laba perusahaan, kebijakan moneter, dan investasi AI,” tambahnya.

Meski ancaman shutdown belum pernah berdampak besar terhadap kinerja perusahaan, ketidakpastian tersebut diperkirakan membatasi kenaikan dan membuat volume perdagangan relatif tipis.

Investor juga mencermati komentar para pejabat bank sentral terkait potensi hilangnya visibilitas data ekonomi jika shutdown benar-benar terjadi.

Presiden Fed Cleveland, Beth Hammack mengatakan bank sentral perlu mempertahankan kebijakan moneter yang ketat untuk meredam inflasi.

Baca Juga: IHSG Naik 0,30% ke 8.123, Saham Emiten Boy Thohir (MBMA) Jadi Buruan Investor

Sementara Presiden Fed St. Louis, Alberto Musalem menyatakan terbuka untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut, tetapi menekankan bahwa bank sentral  harus berhati-hati dan menjaga tingkat suku bunga tetap cukup tinggi untuk menekan inflasi yang saat ini masih sekitar satu poin persentase di atas target 2%.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: