- Home
- /
- Kabar Finansial
- /
- Bursa
Wall Street Menguat, Pasar Kesampingkan Potensi Shutdown Pemerintah AS
Kredit Foto: Istimewa
Wall Street ditutup menguat pada akhir perdagangan Selasa (30/9) meskipun sesi berlangsung fluktuatif, dengan ketiga indeks utama mencatatkan kenaikan bulanan dan kuartalan.
Dilansir dari Reuters, Rabu (1/10), Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,18% menjadi 46.397,89. S&P 500 (SPX) menguat 0,41% menjadi 6.688,46 dan Nasdaq Composite (IXIC) naik 0,31% menjadi 22.660,01.
Baca Juga: Trump Ingin Pemerintah Miliki Saham, Bidik Nvidia?
Kenaikan ini terjadi di tengah kewaspadaan investor terhadap potensi penutupan pemerintahan Amerika Serikat (AS). Hal tersebut dapat menunda rilis data ekonomi penting dan memperumit prospek kebijakan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed).
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump memperingatkan kongres bahwa penutupan pemerintahan akan memungkinkan pemerintahannya mengambil langkah-langkah yang tidak dapat diubah, termasuk menghentikan program-program penting bagi para anggota legislatif.
Sejumlah analis menilai potensi shutdown kali ini bisa lebih mengganggu pasar dibandingkan periode sebelumnya, mengingat kondisi ekonomi yang sedang rapuh di AS.
Sebelumnya, Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat melaporkan lowongan pekerjaan naik tipis pada Agustus. Sementara perekrutan dan pemutusan kerja menurun. Data lain menunjukkan kepercayaan konsumen turun lebih besar dari perkiraan pada September.
“Data tenaga kerja terbaru tidak menunjukkan kehilangan pekerjaan yang signifikan, tetapi pasar saat ini berada pada posisi seimbang yang bisa dengan cepat bergerak ke salah satu arah,” kata Kepala Strategi Investasi Janney Montgomery Scott, Mark Luschini.
Ia menambahkan, komposisi sektor yang memimpin pasar, yaitu sektor defensif seperti layanan kesehatan dan barang konsumsi serta sektor siklikal seperti industri, mencerminkan kurangnya keyakinan investor terhadap arah pasar yang jelas.
“Mungkin ada aksi penyesuaian posisi menjelang kemungkinan penutupan pemerintahan,” kata Luschini.
“Jika shutdown terjadi dan berlangsung lebih lama, pasar akan kehilangan data-data ekonomi penting seperti laporan pekerjaan yang seharusnya dirilis pada Jumat. Hal ini membuat investor berada dalam ketidakpastian terkait kondisi ekonomi riil," tambahnya.
Baca Juga: Saham Freeport Bertambah, RI Siap Terima 12% Lagi dari AS
Adapun Wakil Ketua The Fed Philip Jefferson memperingatkan bahwa pasar tenaga kerja dapat menghadapi tekanan tanpa dukungan bank sentral. Sementara Presiden The Fed Boston Susan Collins menyatakan terbuka terhadap pemangkasan suku bunga tambahan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement