Kredit Foto: Unsplash/Kanchanara
Bitcoin kembali menorehkan sejarah dengan menembus harga tertinggi sepanjang masa di level US$126.000 atau sekitar Rp2,1 miliar per koin pada Rabu (8/10/2025). Lonjakan ini menandai tonggak penting bagi pasar aset digital global, memperkuat posisi Bitcoin sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian ekonomi dunia dan melemahnya dolar Amerika Serikat (AS).
Kenaikan signifikan tersebut memperpanjang tren positif Bitcoin yang dalam satu tahun terakhir meningkat hampir dua kali lipat. Berdasarkan data pasar, harga sempat menyentuh US$126.080 sebelum stabil di kisaran US$124.700, menunjukkan ketahanan aset kripto terbesar itu meski volatilitas pasar masih tinggi.
Reli harga Bitcoin kali ini didorong oleh arus masuk dana institusional dan peningkatan permintaan terhadap produk Exchange-Traded Fund (ETF) berbasis Bitcoin yang diterbitkan manajer investasi global seperti BlackRock dan Fidelity. Dalam sepekan terakhir, produk tersebut mencatat arus masuk miliaran dolar, mempersempit suplai di pasar spot dan mendorong harga naik.
Baca Juga: Bitcoin Sentuh Rekor Baru di Tengah Shutdown Pemerintah AS, Investor Banjiri ETF Spot
Di sisi lain, cadangan Bitcoin di bursa global tercatat turun ke level terendah dalam enam tahun terakhir, menandakan semakin banyak investor memilih menyimpan asetnya di dompet pribadi untuk jangka panjang. Kondisi ini memperkuat tekanan kenaikan harga di pasar.
Vice President INDODAX, Antony Kusuma, menilai pencapaian ini sebagai fase baru kematangan Bitcoin di sistem keuangan global.
“Pencapaian harga US$126.000 merupakan bukti nyata bahwa Bitcoin telah memasuki fase kematangan baru. Saat ini, Bitcoin tidak lagi sekadar instrumen spekulatif, melainkan bagian dari strategi diversifikasi aset yang diakui oleh lembaga keuangan besar di seluruh dunia,” ujar Antony dikutip dari keterangan resmi, Rabu (8/10/2025).
Antony menjelaskan, berbeda dengan siklus tahun 2021 yang lebih banyak digerakkan euforia ritel, kenaikan kali ini ditopang oleh partisipasi institusi, penurunan cadangan bursa, dan permintaan fundamental yang lebih kuat.
Baca Juga: Bitcoin dan Saham AS Kompak Menguat Saat Pemerintah AS Lumpuh
“Kita tidak lagi melihat kenaikan berbasis hype. Kali ini, kenaikan Bitcoin dibangun atas dasar kepercayaan dan penerapan nyata di berbagai sektor, termasuk pembayaran lintas negara, aset treasury, hingga instrumen lindung nilai terhadap inflasi,” jelas Anthony.
Dari sisi domestik, volume transaksi di platform INDODAX meningkat hampir 50 persen dalam sepekan terakhir, bahkan menembus Rp1 triliun saat harga Bitcoin mencapai puncak. Peningkatan aktivitas ini mencerminkan kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap aset kripto sebagai bagian dari strategi keuangan jangka panjang.
Antony menambahkan, selama Bitcoin bertahan di atas level psikologis US$120.000, tren bullish masih sangat kuat. Meski demikian, ia mengingatkan investor untuk tetap disiplin dan menerapkan strategi pembelian bertahap atau Dollar-Cost Averaging (DCA) guna menghadapi volatilitas pasar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait:
Advertisement