Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bitcoin dan Saham AS Kompak Menguat Saat Pemerintah AS Lumpuh

Bitcoin dan Saham AS Kompak Menguat Saat Pemerintah AS Lumpuh Kredit Foto: Unsplash/Executium
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga Bitcoin kembali mencatat rekor tertinggi baru di tengah ketidakpastian politik Amerika Serikat. Pada perdagangan Minggu (5/10/2025), nilai Bitcoin menembus US$125.000, melampaui rekor sebelumnya dan mencatat kenaikan mingguan lebih dari 10%. Reli ini berlangsung di tengah shutdown pemerintahan federal AS yang kini memasuki minggu kedua akibat kebuntuan anggaran di Washington.

Menurut Fahmi Almuttaqin, Analyst Reku, lonjakan harga Bitcoin ditopang derasnya aliran dana masuk ke ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat.

“Dalam periode perdagangan 1–3 Oktober, tercatat aliran dana masuk ke ETF Bitcoin spot mencapai lebih dari US$2,28 miliar, mengacu data Coinglass. Artinya, rata-rata terdapat total lebih dari US$762 juta net buy Bitcoin dari investor tradisional AS setiap harinya,” ujar Fahmi dikutip dari keterangan resmi, Selasa (7/10/2025).

Baca Juga: Harga Bitcoin Tembus Rekor Baru, Dekati US$126.000

Kondisi politik yang memanas justru memberi sentimen positif bagi pasar aset berisiko. Dengan tertundanya rilis data ekonomi resmi, sebagian investor menilai situasi ini dapat menjadi dasar bagi The Federal Reserve untuk melonggarkan kebijakan moneternya lebih cepat.

“Dengan lembaga pemerintah dan rilis data ekonomi tertunda, sebagian investor memandang keadaan ini sebagai pemicu impuls likuiditas positif, yang dapat menjadi landasan bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneternya di sisa tahun ini,” lanjut Fahmi.

Optimisme pasar kripto tetap tinggi setelah JPMorgan merilis analisis yang memproyeksikan kenaikan lanjutan Bitcoin hingga 40% menuju US$165.000, berdasarkan perbandingan volatilitasnya terhadap emas. Namun Fahmi mengingatkan, reli agresif tanpa dukungan fundamental berisiko memicu koreksi tajam.

“Jika dorongan aliran dana melemah, atau inflasi naik di atas ekspektasi, pasar bisa beralih ke risk-off mode. Dalam skenario itu, level support psikologis di US$100.000 akan menjadi area harga yang krusial,” kata Fahmi.

Baca Juga: Shutdown Pemerintah Amerika Berlanjut, Harga Bitcoin Sentuh US$120.000

Selain kripto, pasar saham AS juga ikut menguat dengan indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik 1,1% dan 1,3% dalam sepekan terakhir. Fahmi menilai, kinerja positif kuartal III dari perusahaan teknologi besar bisa meningkatkan kepercayaan diri investor meski valuasi sudah tinggi.

Bagi investor pemula, Fahmi menyarankan strategi diversifikasi aset untuk menghadapi ketidakpastian.

“Strategi ini dapat dilakukan dengan memilih platform investasi yang memudahkan diversifikasi seperti Reku yang menawarkan aset kripto dan Saham AS. Selain itu, fitur Packs di Reku juga memungkinkan investor bisa berinvestasi pada berbagai crypto blue

chip dan ETF Saham AS dengan performa terbaik dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi. Terlebih, fitur Packs yang dilengkapi dengan sistem Rebalancing akan membantu investor menyesuaikan alokasi investasinya sesuai dengan kondisi pasar secara otomatis. Dengan begitu, strategi DCA yang dilakukan dapat lebih mudah, praktis, dan optimal,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: