Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bitcoin Sentuh Rekor Baru di Tengah Shutdown Pemerintah AS, Investor Banjiri ETF Spot

Bitcoin Sentuh Rekor Baru di Tengah Shutdown Pemerintah AS, Investor Banjiri ETF Spot Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Harga Bitcoin yang merupakan cryptocurrency terbesar dunia kembali menembus rekor baru di tengah ketidakpastian politik Amerika Serikat. Pada perdagangan Minggu (5/10/2025), Bitcoin melesat hingga menyentuh level tertinggi sepanjang masa di kisaran US$125.000, dan masih bertahan di atas US$124.000 pada Selasa (7/10/2025) dengan kenaikan lebih dari 10% dalam sepekan terakhir.

Menurut Fahmi Almuttaqin, Analyst Reku, lonjakan harga tersebut didorong oleh derasnya aliran dana masuk ke ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat.

“Dalam periode perdagangan 1-3 Oktober, tercatat aliran dana masuk ke instrumen ETF Bitcoin spot mencapai lebih dari $2,28 miliar, mengacu data Coinglass. Artinya secara rata-rata, terdapat total lebih dari $762 juta net buy Bitcoin dari para investor tradisional AS setiap harinya dalam tiga hari perdagangan terakhir,” ujar Fahmi dikutip dari keterangan resmi, Selasa (7/10/2025).

Baca Juga: Harga Bitcoin Tembus Rekor Baru, Dekati US$126.000

Sebagai informasi, kenaikan harga Bitcoin ini berlangsung di tengah shutdown pemerintahan federal AS yang memasuki minggu kedua akibat kebuntuan anggaran di Kongres. Kondisi tersebut menunda rilis data ekonomi penting, namun justru memberi sentimen positif bagi pasar keuangan.

“Sebagian investor memandang keadaan ini sebagai impuls likuiditas positif yang bisa menjadi landasan bagi The Fed untuk melonggarkan kebijakan moneternya di sisa tahun ini,” lanjut Fahmi.

Dampak positif tak hanya dirasakan pasar kripto. Bursa saham AS juga menunjukkan penguatan dalam sepekan terakhir. Indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing naik 1,1% dan 1,3%, mencatatkan kenaikan keempat dalam lima pekan terakhir.

Selain itu, musim laporan keuangan kuartal III yang dimulai pekan ini menambah sentimen investor, karena perusahaan seperti PepsiCo, Delta Air Lines, dan Levi Strauss dijadwalkan merilis kinerjanya.

Baca Juga: Bitcoin Cetak Rekor Rp2 Miliar, Kontribusi Pajak Kripto Melesat

Namun, Fahmi mengingatkan potensi risiko di balik optimisme tersebut. “Pasar tampak menilai bahwa shutdown tidak akan berlangsung lama atau menimbulkan risiko ekonomi sistemik. Sentimen “no data, no problem” mencerminkan optimisme investor bahwa ketiadaan rilis data makro dapat memperkuat peluang The Fed melanjutkan pelonggaran suku bunga,” jelasnya.

"Bila laporan lapangan kerja yang tertunda nanti menunjukkan pelemahan tajam, atau inflasi meningkat signifikan, aksi profit taking bisa meningkat, khususnya pada saham-saham teknologi yang telah mencatat reli panjang,” tambahnya lagi.

Lonjakan Bitcoin di tengah krisis politik ini menandai kuatnya peran aset digital sebagai alternatif investasi ketika pasar tradisional tertekan oleh ketidakpastian ekonomi dan kebijakan moneter.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ida Umy Rasyidah
Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: