Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tambang Nikel Dongkrak Ekonomi Warga, Ini Buktinya!

Tambang Nikel Dongkrak Ekonomi Warga, Ini Buktinya! Kredit Foto: WE
Warta Ekonomi, Jakarta -

Aktivitas ekonomi di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat Daya, menggeliat seiring kehadiran perusahaan tambang nikel PT Gag Nikel, anak usaha PT Aneka Tambang Tbk (Antam). Kehadiran perusahaan ini tak hanya memutar roda ekonomi lokal, tetapi juga menunjukkan bahwa praktik pertambangan dapat berjalan beriringan dengan pemberdayaan masyarakat dan kelestarian lingkungan.

Salah satu bukti nyata datang dari Lukman Harun, nelayan setempat yang kini tak perlu lagi menyeberangi laut berjam-jam untuk menjual ikan hasil tangkapannya.

“Beli per kilo, perusahaan itu (belinya) Rp35 ribu per kg. Kami dapat 50 kg (ikan) itu setiap hari. Kalau pas cuaca bagus, tidak angin, itu bisa 150 kg,” tutur Lukman.

Lukman menjual hasil tangkapannya, seperti ikan kerapu dan kakap merah, langsung ke PT Gag Nikel yang berlokasi di dekat kampungnya. Sebelum ada perusahaan tersebut, nelayan seperti Lukman harus menempuh perjalanan 3–4 jam ke Sorong atau lebih dari satu jam ke Piaynemo untuk memasarkan ikan. Kini, hasil tangkapan bisa langsung dijual di kampung sendiri, menghemat waktu, biaya bahan bakar, serta menambah pendapatan harian.

Baca Juga: Potensi Nikel Menjanjikan tapi Tetap Perlu Taat Aturan

Selain membeli hasil tangkapan, perusahaan juga membantu penyediaan bahan bakar dan perlengkapan melaut bagi nelayan setempat. “Kami kadang dibantu BBM atau alat pancing,” ujarnya. Hal itu menjadikan PT Gag Nikel bagian penting dalam rantai ekonomi lokal — tidak hanya bagi pekerja tambang, tetapi juga bagi masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup pada laut.

Bagi warga Pulau Gag, kehadiran tambang nikel menjadi sumber penghidupan baru. Aktivitas ekonomi di kampung meningkat, dari nelayan hingga petani. Hulafa Umpsipyat, petani setempat, juga mengaku merasakan manfaatnya.

“Lahan saya tidak terganggu, airnya bersih. Malah dibantu pupuk, bibit, dan alat bertani. Hasil panen juga dibeli perusahaan,” ujarnya.

Pendapatan tambahan dari sektor non-tambang memperkuat sirkulasi ekonomi masyarakat. Bantuan yang diberikan perusahaan menciptakan efek ganda (multiplier effect) di tingkat lokal — meningkatkan daya beli, mendukung pendidikan, dan mendorong tumbuhnya lapangan kerja tidak langsung di sekitar wilayah tambang.

Pulau Gag merupakan salah satu wilayah dengan cadangan nikel terbesar di Indonesia. Berdasarkan laporan tahunan Antam 2024, Pulau Gag memiliki sumber daya nikel sebesar 319,78 juta wet metric ton (wmt), terdiri atas 152,75 juta wmt limonite dan 167,03 juta wmt saprolite. Potensi tersebut menjadikan Pulau Gag bagian penting dalam rantai pasok industri nikel nasional yang berorientasi pada hilirisasi dan transisi energi hijau.

Kontribusi subsektor pertambangan mineral dan batu bara (minerba) terhadap penerimaan negara juga signifikan. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sektor ESDM semester I 2025 mencapai Rp138,8 triliun, dengan minerba menyumbang Rp74,2 triliun atau 53,46%.

Baca Juga: Nikel Dongkrak Laba Antam Capai Rp5,14 Triliun per Juni 2025

Selain mendorong ekonomi, PT Gag Nikel berkomitmen menjaga kelestarian lingkungan melalui reklamasi lahan pascatambang dan pengelolaan limbah air. Perusahaan menerapkan sistem kolam pengendapan untuk memisahkan partikel tambang sebelum dibuang. Hingga Desember 2024, sebanyak 131,42 hektare lahan pascatambang telah direklamasi dan ditanami lebih dari 350 ribu pohon, termasuk 70 ribu tanaman endemik.

Teknik reklamasi yang digunakan berbentuk terasering untuk mencegah longsor dan menjaga stabilitas lahan. Upaya tersebut membawa perusahaan meraih peringkat hijau dalam Program Penilaian Kinerja Perusahaan (PROPER) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Tri Winarno, menyatakan Gag Nikel telah menunjukkan kepatuhan terhadap tata kelola lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.

“Kehadiran perusahaan tambang seperti Gag Nikel menjadi bukti bahwa pertambangan dapat berperan dalam pembangunan nasional, terutama di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar,” ujarnya.

Keharmonisan antara masyarakat dan perusahaan tambang di Pulau Gag memperlihatkan wajah lain dari industri minerba Indonesia sektor yang tidak hanya menghasilkan devisa, tetapi juga menumbuhkan ekonomi lokal tanpa mengorbankan lingkungan.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Annisa Nurfitri

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: