Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Gandeng IFC, Standard Chartered Genjot Pembiayaan Berkelanjutan di Sektor Air dan Limbah

Gandeng IFC, Standard Chartered Genjot Pembiayaan Berkelanjutan di Sektor Air dan Limbah Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Dalam upaya mendorong peran permodalan swasta dalam pembiayaan pengelolaan air dan infrastruktur berkelanjutan di Indonesia dan kawasan ASEAN, Standard Chartered bersama International Finance Corporation (IFC), anggota dari Kelompok World Bank, menghadirkan para perwakilan pemerintah, investor, dan pemimpin industri dalam sesi diskusi bertajuk “Financing the Future: Green Investment in Indonesia’s Water & Waste Sectors.”

Para panelis membahas berbagai solusi praktis untuk mempercepat investasi di sektor air dan limbah di Indonesia, termasuk penerbitan obligasi hijau, pembiayaan campuran (blended finance), dan mekanisme pembiayaan transisi yang dapat membantu menurunkan risiko proyek serta menarik minat investor institusional. Diskusi juga berfokus pada pentingnya sinergi kebijakan dan kolaborasi lintas sektor dalam meningkatkan kelayakan proyek serta mendukung tujuan pembangunan dan iklim jangka panjang Indonesia.

Kebutuhan investasi infrastruktur Indonesia masih sangat besar, di mana Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 memperkirakan total kebutuhan pembiayaan mencapai sekitar USD 625 miliar (setara dengan IDR 10.000 triliun).

Baca Juga: Standard Chartered: Lonjakan Penggunaan Stablecoin Bisa Rebut Dana Bank Hingga US$1 Triliun!

Dari jumlah tersebut, sekitar 35,6% diperkirakan akan dibiayai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan 24,9% melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dengan demikian, masih terdapat kesenjangan pembiayaan yang signifikan yang perlu dipenuhi melalui partisipasi sektor swasta, kemitraan publik-swasta, dan mekanisme pembiayaan inovatif lainnya.

Adapun dskusi ini diawali dengan presentasi laporan Southeast Asia Green Economy 2025 — yang merupakan hasil kolaborasi antara Bain & Company, GenZero, Standard Chartered, Temasek, dan Google.

Memasuki edisi keenamnya, laporan ini menunjukkan bahwa Asia Tenggara berpotensi membuka peluang investasi hijau hingga USD 50 miliar per tahun hingga tahun 2030, menambah USD 120 miliar terhadap PDB di kawasan tersebut, serta menciptakan hampir 900.000 lapangan kerja baru melalui solusi terpadu di sektor energi, air, limbah, dan transportasi.

Bagi Indonesia, laporan ini menyoroti peluang besar di bidang ketahanan air, pengelolaan limbah, dan pengembangan ekonomi sirkular, di mana semuanya merupakan area yang penting dalam mencapai target pembangunan infrastruktur berkelanjutan nasional.

Kepemimpinan Pemerintah dan Industri

Sesi panel dibuka oleh Euan Marshall, Country Manager for Indonesia and Timor Leste, International Finance Corporation (IFC), dan dilanjutkan dengan sambutan dari Rachmat Kaimuddin, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur Dasar, Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, dan Donny Donosepoetro OBE, CEO, Standard Chartered Indonesia.

Diskusi ini juga menghadirkan para narasumber antara lain Tim Anderson, Indonesia CEO, ACWA Power; Kenichi Ishikawa, President Director, PT Summit Niaga (Sumitomo Group Companies); Rizki Hasan, CEO, Indonesia Infrastructure Finance, and Jaclyn Dove, Managing Director, Sustainable Finance & Head of Strategic Initiatives, Standard Chartered.

Baca Juga: Pembiayaan Berkelanjutan Bank Mandiri Terus Tumbuh

Donny Donosepoetro OBE, CEO, Standard Chartered Indonesia mengatakan, Indonesia berada di garis depan transisi hijau di kawasan Asia Tenggara. Meningkatkan investasi di sektor pengelolaan air dan limbah tidak hanya penting bagi pembangunan berkelanjutan, tetapi juga bagi ketahanan dan kualitas hidup masyarakat.

"Di Standard Chartered, kami bangga dapat bermitra dengan Pemerintah Indonesia, IFC, serta para klien kami untuk mengembangkan solusi pembiayaan yang menjadikan proyek infrastruktur berkelanjutan lebih layak secara komersial. Dengan membuka akses terhadap modal swasta, kami dapat membantu memastikan bahwa transisi hijau Indonesia membawa dampak ekonomi dan sosial yang nyata," ungkapnya yang dikutip di Jakarta, Minggu (12/10/2025)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Fajar Sulaiman

Advertisement

Bagikan Artikel: