Kredit Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman, menekankan pentingnya menjadikan madu sebagai alternatif bahan pangan bergizi dalam menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Dengan segudang manfaat, menurutnya madu layak menjadi bagian penting dalam membangun generasi sehat menuju Indonesia Emas 2045.
Baca Juga: KOPLING Wujud Nyata Sinergi Industri Kreatif dan Ekonomi Rakyat
Ini disampaikan Menteri Maman dalam sambutannya secara daring pada acara Konsultasi Pemanfaatan Teknologi dalam Rangka Mendukung Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) di Semarang, beberapa waktu lalu.
"Madu adalah anugerah alam yang kaya manfaat. Kandungan bioaktifnya mampu meningkatkan daya tahan tubuh, memperkuat konsentrasi belajar, dan mempercepat pemulihan kesehatan," jelasnya, dikutip dari siaran pers Kementerian UMKM, Kamis (16/10).
Ia menambahkan, Program MBG tidak hanya bertujuan memastikan asupan gizi anak-anak Indonesia, tetapi juga membuka peluang besar bagi penguatan ekonomi rakyat melalui keterlibatan UMKM penghasil madu dalam rantai pasok nasional.
“Melalui forum ini, kita bersama mendorong madu menjadi bagian dari Program MBG sebagai wujud nyata keterlibatan UMKM dalam program prioritas Presiden,” katanya.
Sejalan dengan hal itu, Deputi Bidang Usaha Kecil Kementerian UMKM, Temmy Satya Permana, menuturkan madu memiliki potensi besar untuk menjadi komponen penting dalam menu MBG berkat kandungan nutrisinya yang kaya energi, vitamin, mineral, dan senyawa bioaktif.
“Pengintegrasian madu dalam Program MBG tidak hanya memperkaya kualitas gizi, tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomi melalui pemanfaatan produk lokal yang berkelanjutan,” kata Temmy.
Namun, ia mengingatkan bahwa masih terdapat kesenjangan antara kebutuhan dan produksi madu nasional.
Berdasarkan data Kementerian UMKM, kebutuhan madu di Indonesia mencapai sekitar 7.500 ton per tahun, dengan asumsi konsumsi per kapita sebesar 30 gram per tahun, sementara produksi nasional baru sekitar 2.000 ton per tahun. “Artinya, masih ada ruang besar untuk meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas madu lokal,” ujarnya.
Sebagai langkah konkret, Kementerian UMKM terus mengembangkan pendekatan hilirisasi komoditas unggulan melalui program Rumah Produksi Bersama (RPB) atau Factory Sharing, yang telah berjalan di 16 kabupaten/provinsi sejak 2022 hingga 2024.
Melalui program ini, para pengusaha UMKM dapat mengakses fasilitas produksi bersama, pelatihan teknologi, dan sertifikasi mutu untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing produk.
Kementerian UMKM optimistis bahwa dengan hilirisasi yang didukung inovasi dan kolaborasi lintas sektor, madu lokal dapat menjadi produk unggulan yang berdaya saing tinggi, berkontribusi langsung pada program nasional MBG, serta membuka peluang ekspor di pasar global.
“Inovasi dan kolaborasi akan menjadi kunci agar madu Indonesia tidak hanya menjadi konsumsi domestik, tetapi juga dikenal di pasar dunia,” ujar Menteri Maman.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement