Hilirisasi Tak Cukup, Pemerintah Didesak Buat Tingkatkan Kapasitas Produksi Manufaktur
Kredit Foto: Uswah Hasanah
Prasasti Center for Policy Studies (Prasasti) menilai pemerintah perlu mempercepat penguatan sektor manufaktur dan reindustrialisasi nasional agar Indonesia tidak terus bergantung pada ekspor bahan mentah di tengah ketegangan perdagangan global.
Research Director Prasasti Gundy Cahyadi menjelaskan, kebijakan hilirisasi sumber daya alam sudah berada di jalur yang benar, namun efeknya terhadap nilai tambah ekspor belum optimal karena basis manufaktur domestik masih terbatas.
“Upaya hilirisasi harus diikuti dengan penguatan roda manufaktur nasional. Ini penting agar ekspor kita tidak hanya bergantung pada komoditas mentah yang sensitif terhadap harga global,” ujar Gundy dalam Kajian 1 Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran di Jakarta, Senin (20/10/2025).
Baca Juga: Hilirisasi Dongkrak Investasi Rp150,6 Triliun, Paling Banyak dari Singapura
Menurut Gundy, peningkatan kapasitas produksi dan efisiensi industri menjadi langkah strategis untuk menghadapi perubahan rantai pasok global akibat perang dagang.
Ia menilai pergeseran kebijakan industri dari berbasis bahan baku menuju produk bernilai tambah akan memperkuat daya saing ekspor Indonesia di jangka menengah.
“Dengan memperluas investasi di sektor manufaktur, kita bisa memperkecil risiko terhadap fluktuasi harga komoditas dan menjaga surplus perdagangan yang berkelanjutan,” katanya.
Senada dengan itu, Policy and Program Director Prasasti Piter Abdullah menilai pemerintah perlu memperkuat sinergi antara kebijakan perdagangan, industri, dan investasi agar transformasi ekonomi lebih terarah.
“Pemerintah sudah berhasil memperluas akses pasar melalui berbagai perjanjian dagang. Namun, tantangannya adalah kesiapan barang ekspor kita untuk memenuhi standar internasional,” ujarnya.
Piter menambahkan, kebijakan reindustrialisasi harus dibarengi dengan peningkatan kualitas SDM industri, insentif fiskal, dan kemudahan perizinan investasi agar pelaku usaha dapat mengembangkan kapasitas produksi domestik.
“Kita tidak cukup hanya membuka pasar, tetapi juga memastikan produk yang kita ekspor memenuhi kebutuhan global. Itu berarti harus ada kebijakan industri yang lebih kuat dan berorientasi jangka panjang,” katanya.
Baca Juga: Hilirisasi Kendaraan Listrik Disebut Dorong Nilai Tambah Ekonomi Nasional
Dalam kajian tersebut, Prasasti menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan akan sangat ditentukan oleh kemampuan pemerintah memperluas basis industri manufaktur, terutama di sektor pengolahan pangan, energi, dan logam dasar.
"Arah kebijakan ekonomi dinilai sudah tepat, namun implementasi di lapangan perlu diperkuat melalui percepatan reformasi birokrasi dan koordinasi lintas kementerian," imbuhnya.
Prasasti menilai, dengan penguatan sektor manufaktur dan dukungan kebijakan investasi yang konsisten, Indonesia berpeluang menjadi pemain utama di rantai pasok regional Asia Tenggara serta mengurangi ketergantungan terhadap ekspor berbasis komoditas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement