Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kawasan Industri Terus Tumbuh, RI Masih Jadi Destinasi Utama Investasi Manufaktur Asia

Kawasan Industri Terus Tumbuh, RI Masih Jadi Destinasi Utama Investasi Manufaktur Asia Kredit Foto: KITB
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan Indonesia masih menjadi destinasi utama investasi sektor manufaktur di kawasan Asia yang dibuktikan dengan pertumbuhan kawasan industri.

Dalam satu tahun tahun terakhir, terdapat penambahan sembilan kawasan industri baru di berbagai wilayah Indonesia yang memperkuat ekosistem manufaktur dalam negeri.

Baca Juga: Presiden Prabowo Paparkan Capaian Strategis Bidang Investasi, Lapangan Kerja, dan Pariwisata

Kesembilan kawasan industri baru tersebut meliputi IPIP Sulawesi Tengah, I-Sentra Jawa Timur, Huadi Bantaeng Industrial Park Sulawesi Selatan, Kawasan Industri Cikembar II Jawa Barat, Kawasan Industri Losarang Jawa Barat, Purwakarta Integrated Industrial Park Jawa Barat, Kawasan Industri Pulau Penebang Kalimantan Barat, Kawasan Industri Seafer Jawa Tengah, dan Kawasan Industri Tembesi Kalimantan Barat.

Melalui tambahan itu, luas lahan kawasan industri tumbuh 4,81% atau setara 4.468,68 hektare, serta peningkatan jumlah tenant sebanyak 132 perusahaan atau naik 1,12%. “Pertumbuhan kawasan industri ini berkontribusi langsung terhadap peningkatan investasi sebesar Rp571,58 triliun atau naik 9,26%, dan menciptakan sekitar 310.000 lapangan kerja baru, meningkat 15% dibanding tahun sebelumnya,” jelas Menperin, dikutip dari siaran pers Kemenperin, Selasa (21/10).

Selain pengembangan kawasan industri, Kemenperin terus memperluas akses pasar global bagi produk manufaktur Indonesia melalui berbagai kerja sama internasional. 

“Tahun 2025 menjadi tonggak penting karena Indonesia resmi bergabung dalam BRICS, Indonesia–Canada Comprehensive Economic Partnership (ICA-CEP), dan Indonesia–Peru Comprehensive Economic Partnership (IPE-CEP),” ujar Agus.

Kerja sama ini diyakini akan memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok global serta membuka peluang ekspor baru bagi industri dalam negeri.

Sementara itu, untuk memperkuat daya saing industri kecil dan menengah melalui peningkatan teknologi, efisiensi produksi dan peningkatan produktivitas industri pemerintah meluncurkan program Kredit Industri Padat Karya (KIPK). Program ini memberikan pembiayaan untuk revitalisasi mesin dan peningkatan produktivitas, dengan plafon Rp500 juta – Rp10 miliar, subsidi bunga 5%, dan tenor hingga 8 tahun. 

“Hingga Oktober 2025, telah ditetapkan 13 lembaga penyalur dengan total plafon Rp754 miliar dan target 357 debitur,” tutur Menperin.

Kemenperin juga menerbitkan Permenperin Nomor 37 Tahun 2025 tentang Standar Kegiatan Usaha Berbasis Risiko guna mempermudah investasi. Selain itu, sebanyak 89 perusahaan di 116 lokasi telah ditetapkan sebagai Objek Vital Nasional Industri (OVNI) untuk menjamin keberlanjutan kegiatan industri strategis.

Pemberian insentif fiskal seperti tax holiday, tax allowance, dan investment allowance turut mendongkrak investasi hingga mencapai Rp827,8 triliun selama periode Oktober 2024–Oktober 2025, tumbuh 6,44% dari tahun sebelumnya.

Dalam upaya melindungi industri nasional, pemerintah juga mengimplementasikan kebijakan trade remedies, yaitu dengan menerapkan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) terhadap 5 produk impor dan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap 7 produk impor. 

“Langkah ini penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan pasar dan keberlanjutan industri dalam negeri,” ungkap Agus.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: