Kredit Foto: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Malam menebar gelap di Kampung Iraiweri, Pegunungan Arfak, Papua Barat Daya. Di tengah sunyi itu, Elias Inyomusi menatap anak-anaknya yang kini dapat belajar tanpa diterangi pelita atau lampu minyak sederhana.
"Dulu kami bikin api untuk belajar," katanya lirih dikutip dari media sosial Kementerian ESDM, Senin (27/10/2025).
Elias pun berharap kondisinya sekarang juga bisa dinikmati oleh saudara-saudara sebangsa lain yang hingga kini masih hidup dalam gelapnya malam tanpa ada akses listrik.
“Semua rumah itu harus mendapat listrik supaya untuk kami punya anak-anak kami itu bisa belajar. Mama-mama bisa masak dengan lampu,” tambahnya.
Kini, kampung yang selama puluhan tahun gelap gulita itu telah disinari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Setiap lampu yang menyala bukan sekadar cahaya, tetapi simbol keadilan sosial yang dirasakan langsung oleh masyarakat.

Momen Serah Terima Operasi PLTMH Anggi, Rabu (8/6/2023), Sumber Foto: KESDM
Di Desa Bandar Jaya, Kecamatan Sekayu, Musi Banyuasin, rumah Ruslam juga telah tersinari listrik. Sebelumnya, keluarga ini mengandalkan genset kecil yang harus diisi bahan bakar setiap beberapa jam.
"Alhamdulillah, sekarang rumah kami terang. Anak-anak bisa belajar sampai malam, istri bisa menjahit tanpa terburu-buru, dan saya bisa istirahat dengan tenang," ucap Ruslam penuh lega.
Kisah Elias dan Ruslam hanyalah sebagian kecil dari ribuan cerita yang lahir dari program Listrik Desa (Lisdes) dan Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL). Dua program ini bukan sekadar menyalakan lampu, tetapi membuka peluang pendidikan, produktivitas, dan kesejahteraan masyarakat di pelosok.
Menteri Bahlil: Dari Lampu Pelita ke Listrik untuk Semua
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengenang masa kecilnya di desa tanpa listrik. "Saya lahir di desa, tidak ada listrik, tidak ada Puskesmas, yang ada cuma lampu pelita. Tidak ada dokter, hanya Mama Biang untuk membantu melahirkan anak," kisahnya saat HUT Kementerian ESDM, Jumat, (24/10/2025).
Pengalaman pribadi itu mendorongnya menekankan pentingnya keadilan energi. "Setelah 80 tahun merdeka, masih ada desa yang belum ada listrik. Inilah bentuk keadilan sosial. Siapa tahu, anak-anak desa ini suatu saat bisa menjadi Presiden, menteri, atau pemimpin bangsa," lanjut Bahlil.
Pemerintah menargetkan 1.287.000 warga yang belum menikmati akses listrik akan segera mendapat penerangan dalam masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Dari jumlah tersebut, 783.000 warga bakal dialiri lewat Jaringan Listrik Desa (Lisdes) dan 503.000 lainnya melalui Program Bantuan Pasang Baru Listrik (BPBL) karena sudah terdapat jaringan listrik.
Jaringan Listrik Desa merupakan program pemerintah yang bertujuan menyediakan akses listrik ke desa-desa yang belum terlistriki, khususnya di wilayah terpencil, tertinggal, dan terluar (3T). Program ini dilaksanakan melalui penugasan kepada PT PLN (Persero) untuk membangun infrastruktur kelistrikan di daerah tersebut.
Sementara BPBL adalah program pemerintah yang dijalankan melalui Kementerian ESDM untuk membantu masyarakat tidak mampu mendapatkan sambungan listrik secara gratis.
Sejak 2022 hingga 2024, 367.212 rumah tangga telah menerima BPBL:
- 2022: 80.183 RT
- 2023: 131.600 RT
- 2024: 155.429 RT
- Target 2025: 215.000 RT
Hal ini menjadi wujud komitmen pemerintah dalam mewujudkan energi berkeadilan melalui penyediaan akses listrik. Sementara hingga akhir 2024, melalui Lisdes, pemerintah tercatat telah berhasil menerangi sebanyak 83.693 desa dan kelurahan.
Program Lisdes pun akan terus digenjot dengan target elektrifikasi 10.068 titik yang mencakup 5.700 desa dan 4.400 dusun.
“Listrik kini menjadi simbol kehadiran negara dan pembuka jalan bagi kesempatan sosial-ekonomi. Listrik tidak lagi hanya aspek penerangan, tetapi juga meningkatkan akses pendidikan, produktivitas, dan taraf hidup masyarakat," ujar Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Jakarta, Selasa (21/10/2025).
Baik Lisdes maupun BPBL menjadi salah satu kebijakan strategis yang digencarkan Pemerintahan Presiden Prabowo dan telah tertuang dalam Rencana Usaha Penambahan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Kebijakan ini menjadi dasar pencapaian swasembada energi berbasis sumber daya domestik.
"Saya sudah laporan kepada Bapak Presiden, sudah saya rapatkan dengan Menteri Keuangan, agar ini di 2029, masa periode pertama Bapak Presiden, kita akan berusaha untuk semua kita listriki," ujar Bahlil dalam konferensi pers capaian kinerja Semester I 2025 sektor ESDM di Jakarta, Senin (11/8/2025).
Bahlil menambahkan, Lisdes maupun BPBL tidak hanya memberi manfaat langsung kepada masyarakat, tetapi juga mendorong peluang investasi hingga Rp50 triliun. Rinciannya sebagai berikut:
- 2025: Rp4,52 triliun
Jaringan listrik perdesaan: Rp3,85 triliun
Peningkatan jam nyala 24 jam: Rp0,22 triliun
BPBL: Rp0,45 triliun
- 2026: Rp7,33 triliun
Jaringan listrik perdesaan: Rp6,15 triliun
Peningkatan jam nyala: Rp0,73 triliun
BPBL: Rp0,45 triliun
- 2027: Rp14,21 triliun
Jaringan listrik perdesaan: Rp12,21 triliun
Peningkatan jam nyala: Rp1,55 triliun
BPBL: Rp0,45 triliun
- 2028: Rp12,8 triliun
Jaringan listrik perdesaan: Rp10,5 triliun
Peningkatan jam nyala: Rp1,23 triliun
BPBL: Rp0,45 triliun
- 2029: Rp11,7 triliun
Jaringan listrik perdesaan: Rp9,55 triliun
Peningkatan jam nyala: Rp1,77 triliun
BPBL: Rp0,45 triliun

Sumber foto: PT PLN Persero
"Tugas lima tahun ke depan melalui Program Lisdes 2025-2029 sesuai perintah Bapak Presiden Prabowo adalah segera menginventarisasi dan membuat terobosan untuk memberikan akses listrik kepada desa-desa yang belum terlistriki," kata Bahlil, Jumat (30/5/2025).
Sejalan dengan itu, pemerintah juga meluncurkan program jangka panjang pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 100 Giga Watt (GW) yang dipasang secara bertahap. Program ini akan diintegrasikan di bawah Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP) yang diluncurkan Presiden pada 21 Juli 2025 silam.
Diharapkan, program ini menjadi enabler dalam upaya elektrifikasi nasional sekaligus menjadi salah satu sumber pendapatan KDMP.
“Pemerintah sudah meresmikan puluhan pembangkit energi terbarukan, mempercepat proyek PLTS berkapasitas 100 GW, dan melibatkan koperasi desa dalam transisi energi. Ekonomi dan ekologi tidak harus dipertentangkan. Keduanya bersinergi menciptakan fondasi pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, dan merata," imbuh Bahlil.
Untuk memastikan energi tersedia selama 24 jam penuh, PLTS akan dilengkapi dengan Battery Energy Storage System (BESS). Produksi BESS sebentar lagi juga tengah berjalan di dalam negeri. Dengan begitu kebutuhan dari BESS pun ke depan bisa secara mandiri di produksi dalam negeri.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menegaskan bahwa PLTS 100 GW selain penting untuk elektrifikasi di pedesaan, juga selaras dengan program de-dieselisasi. Dalam program ini, pemerintah akan mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang berbiaya mahal dengan PLTS.
Ia menjelaskan terdapat dua mekanisme penyaluran listrik: melalui pembangunan jaringan smart grid untuk mengontrol distribusi elektrifikasi baru ke penduduk, atau disalurkan langsung ke rumah warga tanpa melalui jaringan inti.
“Jadi ini kita ada dua opsi,” kata Yuliot. Ia menegaskan bahwa penerapan inisiatif ini tidak akan menambah beban masyarakat di daerah 3T. Biaya yang dibebankan hanya terbatas pada pemeliharaan.
Sementara itu, PLN memperkuat peran Lisdes dengan menghadirkan inovasi SuperSUN, yakni PLTS mikro terintegrasi dengan BESS dan smart meter berkapasitas 450 VA, 900 VA, hingga 1.300 VA. Pemakaian listriknya bahkan bisa dipantau melalui smartphone.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menegaskan bahwa perluasan akses listrik merupakan prioritas perusahaan yang sejalan dengan visi pemerintah.
“Melalui inovasi SuperSUN, PLN berhasil menghadirkan listrik di wilayah terpencil yang sebelumnya tidak terjangkau listrik PLN. Kehadiran listrik di sekolah-sekolah secara langsung mendukung program Pemerintah dalam Revitalisasi Sekolah dan Digitalisasi Pembelajaran, sekaligus sejalan dengan program Lisdes untuk memperluas akses energi ke seluruh pelosok Nusantara,” ujar Darmawan, Selasa (19/8/2025).
Program ini terbukti bermanfaat dan efektif menjangkau masyarakat di 3T. Di Sulawesi Selatan, misalnya, hingga Mei 2025 tercatat 1.181 unit SuperSUN telah terpasang dan mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah kepulauan 3T.
Salah satu momen haru, PLN lewat program ini berhasil mengelektrifikasi UPT SDN 095 Beroppa, Kecamatan Seko, Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Kehadiran akses listrik ini pun menjadi kado istimewa di momen Hari Ulang Tahun ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Sumber foto: PT PLN (Persero)
Kepala Sekolah, Meri Harianti Kambuno, menyampaikan rasa syukur atas perubahan ini. Kini, kegiatan belajar mengajar di sekolah menjadi lebih berkualitas, menghidupkan semangat baru bagi siswa dan guru.
“Dengan adanya listrik tentu akan membawa dampak positif pada proses pembelajaran di kelas. Kami kini dapat memanfaatkan media elektronik untuk menyajikan pembelajaran yang lebih interaktif dan menyenangkan,” ujarnya penuh haru.
Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman mengapresiasi kerja keras Kementerian ESDM dan PLN dalam menghadirkan listrik bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk wilayah 3T.
“Walaupun dihadapkan dengan tantangan akses yang sangat berat, melistriki Kecamatan Seko adalah sebuah mimpi lama yang akhirnya berhasil kita wujudkan. Wilayah yang selama ini gelap gulita di malam hari, kini telah diterangi berkat kerja keras banyak pihak dan kehadiran teknologi ramah lingkungan, yaitu SuperSUN dari PLN," pungkas Andi.
Menuju 2030: Indonesia Terang Sepenuhnya
Bahlil menegaskan, semua upaya ini bagian dari visi elektrifikasi nasional 2025-2030. Pemerintah berkomitmen agar setiap rumah di Indonesia memperoleh listrik. Program ini bukan hanya infrastruktur, tapi wujud keadilan sosial, pembuka kesempatan pendidikan, dan pendorong pertumbuhan ekonomi.
"Setelah 80 tahun merdeka, tidak selayaknya ada warga yang masih mengalami gelap gulita," tandas Bahlil. Dari Pegunungan Arfak hingga Seko, dari Musi Banyuasin hingga pulau-pulau terpencil, listrik kini bukan barang mewah. Setiap saklar yang menyala menjadi saksi nyata bahwa negara hadir di setiap pelosok, menyalakan masa depan generasi mendatang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement