Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

STEM Dianggap Momok Menakutkan Siswa, Ini Pendekatan Mendikdasmen

STEM Dianggap Momok Menakutkan Siswa, Ini Pendekatan Mendikdasmen Kredit Foto: Biro Press Sekretariat Presiden
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menghadiri Sarasehan 100 Ekonom Indonesia yang mengusung tema Resiliensi Ekonomi Domestik sebagai Fondasi Menghadapi Gejolak Dunia, Selasa (28/10/2025).

Dalam kesempatan ini, seorang peserta bernama Ninasapti Triaswati bertanya kepada Mendikdasmen. "Skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia terus menurun sejak 2006. Apa yang salah dengan sistem kurikulum di Indonesia?" ucapnya.

Baca Juga: Menko AHY Tegaskan Infrastruktur Tentang Ciptakan Peluang Ekonomi Baru

Merespons hal tersebut, Abdul Mu’ti menekankan bahwa menjadi tantangan tersendiri dalam hal mengubah persepsi Sains (Science), Teknologi, Teknik (Engineering), dan Matematika (STEM) yang sering dianggap momok menakutkan dan susah dipelajari. 

“Kemendikdasmen telah menggulirkan Gerakan Numerasi Nasional, sebuah gerakan yang membangun budaya numerasi sejak dini dengan cara yang menyenangkan agar anak-anak Indonesia tidak hanya terampil berhitung, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir kritis, logis, dan adaptif dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya, dikutip dari siaran pers Kemendikdasmen, Kamis (30/10).

Lebih lanjut, Menteri Mu’ti di hadapan peserta sarasehan yang sebagian banyak merupakan Ekonom Indonesia, menjelaskan konsep pendekatan yang disebut STEM 3M. 

“Yaitu bagaimana mempelajari STEM dengan Mudah, Murah, dan Menarik. Kami mendorong Matematika mulai diajarkan dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK), lewat konsep dasar dan kegiatan bermain logika yang sederhana,” tegasnya.

Kemudian, Abdul Mu’ti menguraikan beragam tantangan utama dunia pendidikan yang saat ini sedang dilakukan pembenahan oleh Kemendikdasmen. 

“Pertama adalah pemerataan akses pendidikan, khususnya bagi daerah 3T yang hingga kini masih menghadapi keterbatasan sarana dan tenaga pendidik. Kedua adalah kesenjangan mutu pendidikan yang masih terlihat antarwilayah, antara sekolah negeri dan swasta, maupun antara kawasan perkotaan dan pedesaan. Ketiga adalah peningkatan kualitas lulusan murid Sekolah Menengah Kejuruan (SMK),” jelasnya.

Untuk menjawab tantangan tersebut, Kemendikdasmen menetapkan sejumlah program prioritas. Program tersebut di antaranya adalah revitalisasi 16.140 satuan pendidikan dan percepatan perbaikan infrastruktur sekolah, digitalisasi pembelajaran melalui penyediaan Papan Interaktif Digital/Interactive Flat Panel (IFP), laptop, materi ajar digital, dan pelatihan guru. 

Selain itu, peningkatan kompetensi guru dilakukan melalui program Pendidikan Profesi Guru (PPG), peningkatan kualifikasi akademik, serta pelatihan deep learning, coding, kecerdasan buatan, dan bimbingan konseling. “Secanggih apapun teknologi, guru tetaplah agen peradaban. Karena itu, kualitas guru harus menjadi prioritas,” ujarnya.

“Mengacu kepada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran dapat ditempuh melalui tiga jalur yaitu formal di sekolah resmi dengan kurikulum nasional, informal melalui kegiatan komunitas, dan non-formal lewat program terstruktur seperti paket penyetaraan A, B, C dan homeschooling. Saat ini, Kemendikdasmen telah memberikan ruang atau perhatian ekstra terhadap homeschooling,” tekan Menteri Mu’ti.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: