Kredit Foto: Istimewa
Harga minyak dunia ditutup lebih rendah pada perdagangan di Selasa (4/11). Iatertekan oleh pelemahan data manufaktur global dan penguatan dolar yang menekan permintaan energi.
Dilansir dari Reuters, Rabu (5/11), Brent crude turun 0,7% menjadi US$64,44. Sementara West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,8% ke US$60,56.
Baca Juga: Bahlil Laporkan ke Presiden: Listrik Desa Tuntas 2030, Produksi Minyak Lampaui Target
“Kontrak berjangka minyak mendapat tekanan hari ini dari penguatan nilai dolar. Pasar saham juga mengalami koreksi tajam di awal perdagangan seiring shutdown pemerintahan yang mulai menambah tekanan dan dapat menurunkan permintaan bahan bakar domestik,” kata Wakil Presiden Senior Perdagangan BOK Financial, Dennis Kissler.
Dolar Amerika Serikat (AS) menguat ke level tertinggi empat bulan, setelah meningkatnya keraguan terhadap kemungkinan pemangkasan suku bunga tambahan oleh Federal Reserve (The Fed). Penguatan dolar membuat komoditas berdenominasi dolar, seperti minyak, menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.
Penutupan sebagian pemerintahan kini memasuki hari ke-35 di AS. Hal itu memicu dampak ekonomi luas, termasuk penghentian bantuan pangan bagi masyarakat miskin dan tertundanya pembayaran bagi pekerja federal dalam berbagai sektor, mulai dari bandara hingga militer.
Adapun Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya menyetujui kenaikan kecil produksi pada Desember. Namun akan menjeda peningkatan output pada kuartal pertama 2026. Langkah tersebut dipandang sebagai sinyal kehati-hatian terhadap risiko kelebihan pasokan minyak global tahun depan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Advertisement