Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Wall Street Melemah, Saham Teknologi Anjlok Gegara Ketidakpastian Ekonomi AS

Wall Street Melemah, Saham Teknologi Anjlok Gegara Ketidakpastian Ekonomi AS Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bursa Saham Amerika Serikat (Wall Street) berakhir turun pada perdagangan di Kamis (6/11). Ia terseret aksi jual lanjutan pada saham teknologi di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan kekhawatiran atas valuasi yang terlalu tinggi di Negeri Paman Sam.

Dilansir dari Reuters, Jumat (7/11), Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,84% ke 46.913,65, S&P 500 (SPX) melemah 1,12% ke 6.720,38, dan Nasdaq Composite (IXIC) anjlok 1,90% ke 23.053,99.

Baca Juga: Bursa Eropa Anjlok Tertekan Saham Teknologi dan Data Ekonomi Zona Euro

Ketiga indeks utama kompak melemah karena minat risiko investor tertekan oleh kekhawatiran terhadap harga saham yang dinilai terlalu mahal, terutama di sektor yang terkait dengan artificial intelligence (AI).

Saham-saham berorientasi akal imitasi sebelumnya menjadi penggerak utama reli bursa dalam beberapa bulan terakhir yang mendorong indeks ke rekor tertinggi. Namun, pelemahan sektor ini kini menjadi pengingat kuat akan ketergantungan pasar saham terhadap saham teknologi.

“Valuasi masih menjadi perhatian jangka panjang, meski pasar secara umum masih cenderung bullish,” ujar Penasihat Kekayaan Senior dan Ahli Strategi Pasar Murphy & Sylvest, Paul Nolte.

“Awal pekan ini, pasar sempat turun 1%-1,5%. Keesokan harinya, indeks naik lagi delapan puluh basis poin. Jadi, mentalitas buy the dip masih ada,” tambahnya.

Di tengah penutupan pemerintahan yang berkepanjangan, pelaku pasar kini menghadapi minimnya rilis data ekonomi dari AS. Sementara Federal Reserve yang sangat bergantung pada data masih menilai perlunya pemangkasan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat.

Dengan sumber data resmi terhenti, lembaga swasta mulai mengambil peran. Laporan Challenger, Gray & Christmas mencatat bahwa perusahaan-perusahaan mengumumkan lonjakan pemutusan hubungan kerja bulanan hingga 183,1%. Alasannya adalah efisiensi biaya dan transformasi berbasis AI.

Sementara Revelio Labs Amerika Serikat menunjukkan ekonomi kehilangan 9.100 lapangan kerja bulan lalu, dengan pemerintah menjadi penyumbang terbesar penurunan tersebut.

Baca Juga: Asing Net Sell Kala IHSG Cetak Rekor Baru, 10 Saham Ini Dilepas

Adapun Mahkamah Agung AS juga menggelar sidang untuk meninjau apakah kebijakan tarif yang mengguncang pasar merupakan bentuk penyalahgunaan wewenang oleh presiden.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Aldi Ginastiar

Advertisement

Bagikan Artikel: