Kredit Foto: Unsplash/Kanchanara
Mantan Chief Executive Officer (CEO) BitMEX, Arthur Hayes menilai penurunan harga bitcoin baru-baru ini lebih disebabkan oleh menyusutnya likuiditas dolar dari Amerika Serikat (AS). Hal itu menyebabkan bitcoin turun hingga US$90.000.
Hayes mengatakan bahwa turunnya likuiditas dolar menjadi penyebab utama turunnya harga bitcoin ketimbang faktor seperti berkurangnya dukungan pemerintah atau investor institusional yang tidak lagi mengambil posisi panjang terhadap aset kripto tersebut.
Baca Juga: El Salvador Tambah Bitcoin, Total Kepemilikan Hampir 7.500 BTC
“Bitcoin adalah penunjuk arah pasar bebas bagi likuiditas fiat global. Aset ini bergerak berdasarkan ekspektasi terhadap suplai fiat di masa depan,” ujar Hayes, dilansir Kamis (20/11).
Hayes berpendapat bahwa jika pasar saham mengalami koreksi sekitar dua puluh persen sementara suku bunga tetap berada dalam kisaran lima persen, pemerintah akan merespons dengan mencetak lebih banyak dolar dari AS.
Menurutnya, tambahan likuiditas tersebut dapat mendorong bitcoin melaju menuju US$200.000 - US$250.000. Hal itu terutama jika pasar risiko lebih luas mengalami keruntuhan dan bank sentral mempercepat pencetakan uang di AS.
Ia mencatat bahwa bitcoin sempat menguat sejak pertengahan tahun ini meski likuiditas dolar berdasarkan metrik kombinasinya menurun.
Hayes menilai kenaikan itu berasal dari masuknya pembelian institusional dalam jumlah besar melalui investasi spot serta retorika positif soal likuiditas dari AS.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir spot bitcoin mengalami arus keluar yang besar. Hayes mengaitkan pelemahan tersebut dengan strategi yang dikenal sebagai basis trade, di mana hedge fund dan perusahaan investasi mengambil posisi berlawanan antara aset dan kontrak futures. Keuntungan diperoleh ketika selisih harga antara keduanya menyempit.
“Pemegang terbesar spot dengan aset kelolaan terbesar menggunakannya sebagai bagian dari basis trade; mereka bukan investor yang mengambil posisi panjang terhadap bitcoin,” kata Hayes.
Ia menambahkan bahwa strategi ini efisien karena broker memungkinkan spot investment dijadikan jaminan terhadap posisi short futures.
Ketika harga bitcoin menurun, nilai basis dalam perdagangan tersebut ikut menyusut, sehingga mengurangi insentif untuk memasukkan dana baru ke spot investment.
Hayes menilai banyak investor ritel salah menafsirkan perilaku pelaku institusional, yang menurutnya lebih mencerminkan peluang arbitrase ketimbang keyakinan terhadap prospek harga bitcoin.
Baca Juga: Singapura Akan Luncurkan Perpetual Futures Bitcoin dan Ether
“Sekarang ritel percaya para investor itu tidak menyukai bitcoin, menciptakan lingkaran umpan balik negatif yang membuat mereka menjual, yang kembali menekan basis dan akhirnya memicu lebih banyak penjualan spot investment oleh investor institusional,” ujar Hayes.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement