Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ketergantungan Motor Ancam Ekonomi Bali?

Ketergantungan Motor Ancam Ekonomi Bali? Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi Bali dinilai berisiko terganggu akibat tingginya ketergantungan masyarakat dan wisatawan pada kendaraan pribadi.

Karena adanya lonjakan sepeda motor dan mobil tanpa dukungan angkutan umum memadai, dinilai telah memicu kemacetan parah di kawasan strategis seperti Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan. 

Bahkan kondisi ini disebut berdampak langsung terhadap biaya mobilitas dan daya saing pariwisata daerah.

Baca Juga: Hadir di Bali Blockchain Summit 2025, PERURI Dorong Kedaulatan Data dan Kepercayaan Digital

Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, menilai situasi tersebut mengancam keberlanjutan ekonomi Bali yang sangat bergantung pada kelancaran mobilitas penduduk dan wisatawan. 

“Sebagai destinasi wisata unggulan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali sangat bergantung pada kelancaran mobilitas masyarakat dan wisatawan,” ujarnya, Minggu (23/11/2025).

Terlebih, kemacetan kian memburuk seiring minimnya pilihan transportasi publik. Hingga 2025, layanan angkutan umum di kawasan Sarbagita baru mengandalkan Trans Metro Dewata dan Trans Sarbagita. 

Namun, kapasitas kedua moda dinilai belum mampu mengimbangi pertumbuhan kendaraan pribadi yang terus meningkat.

Kini, Trans Metro Dewata melayani enam koridor dengan total 75 bus, beroperasi selama 16 jam per hari. Namun, jadwal kedatangan masih berkisar 18–19 menit, sehingga belum cukup kompetitif untuk mendorong perpindahan moda. 

Djoko menekankan, hal ini perlu diperbaiki. “Headway masih harus diperbaiki, hingga menjadi 10–15 menit dengan cara menambah jumlah armada bus,” katanya.

Kini, Bali juga menghadapi tantangan budaya mobilitas. Penggunaan sepeda motor telah menjadi kebiasaan masyarakat, sementara wisatawan lebih memilih layanan sewa atau transportasi door-to-door. 

Adanya persaingan ini membuat angkutan umum memiliki beban ganda yakni meningkatkan kualitas layanan sekaligus mengubah perilaku mobilitas.

Baca Juga: IHG Perluas Kehadiran di Pulau Dewata: Segera Bangun Hotel Indigo Bali Ubud

Kondisi infrastruktur juga turut menjadi tantangan. Banyak halte masih sederhana, kurang nyaman, atau tidak memiliki perlindungan memadai bagi penumpang. Operasional bus juga terhambat kemacetan karena tidak memiliki jalur khusus, sehingga kepastian waktu tempuh sulit dipertahankan.

Djoko menilai, risiko ekonomi akan meningkat bila ketergantungan kendaraan pribadi tidak segera dikendalikan. 

Bahkan, peningkatan volume lalu lintas dikhawatirkan menurunkan kenyamanan wisatawan, memperbesar biaya operasional logistik, serta menggerus produktivitas masyarakat. 

“Trans Metro Dewata menawarkan alternatif yang terencana dan beroperasi pada rute-rute strategis,” ucapnya, menekankan perlunya penguatan layanan bus massal untuk mengurangi beban kemacetan Bali.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Azka Elfriza
Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: