Kredit Foto: Istimewa
“Gaya perekrutan kelompok radikal dulu masih dilakukan secara tatap muka, namun sekarang menggunakan media sosial yang sangat akrab bagi kita, termasuk anak-anak. Anak-anak dan remaja kerap menjadi target utama pelaku terorisme karena masih mudah dipengaruhi, sedang dalam fase mencari identitas, dan membutuhkan pengakuan. Oleh karena itu, anak-anak harus bijak, mampu melakukan deteksi dini, serta meminta bantuan kepada orang tua untuk mendampingi aktivitas daring mereka,” kata Harianto.
Sementara itu, Ketua Tim Pengawasan Kepatuhan Moderasi Konten Platform Digital Direktorat Pengendalian Ruang Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Rajmatha Devi, mengungkapkan cara kunci bagi anak untuk menghindari konten negatif.
Pertama, menghindari konten dengan narasi provokatif dan tidak mudah bergabung dalam komunitas mencurigakan. Kedua, anak diharapkan memblokir konten yang dianggap menyesatkan dan melaporkannya ke kanal pengaduan baik melalui melalui fitur laporkan di aplikasi, maupun ke kanal pengaduan pemerintah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Advertisement