Kredit Foto: Bawana
Mayoritas Bursa Asia menguat pada perdagangan di Selasa (25/11). Kenaikan ini didorong kenaikan saham teknologi dan meningkatnya keyakinan soal pemangkasan suku bunga akhir tahun dari Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS).
Dilansir Rabu (26/11), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Bursa China mencatatkan kenaikan tajam dalam perdagangan kali ini:
- Hang Seng (Hong Kong): Naik 0,69% ke 25.894,55
- CSI 300 (China): Naik 0,95% ke 4.490,40
- Shanghai Composite (China): Naik 0,87% ke 3.870,02
- Nikkei 225 (Jepang): Naik 0,07% ke 48.659,52
- Topix (Jepang): Turun 0,21% ke 3.290,89
- Kospi (Korea Selatan): Naik 0,30% ke 3.857,78
- Kosdaq (Korea Selatan): Turun 0,05% ke 856,03
Secara keseluruhan, pasar kembali optimistis dan memburu saham teknologi. Namun optimisme itu dibayangi oleh kekhawatiran terkait dengan memanasnya hubungan diplomatik dari China dan Jepang.
Reli saham teknologi didorong oleh membaiknya sentimen terhadap sektor kecerdasan buatan (AI), seiring pasar semakin memperhitungkan peluang pemangkasan suku bunga dari The Fed. Presiden The Fed, New York John Williams memberikan sinyal bahwa ada ruang untuk penurunan suku bunga dalam waktu dekat.
Optimisme juga meningkat setelah muncul kabar mengenai model akal imitasi terbaru dari Google. Perusahaan tersebut dikabarkan berencana mengembangkan chip akal imitasi miliknya sendiri.
Dari China, Alibaba Group mencatat penguatan dan melanjutkan kenaikan dari sesi sebelumnya setelah aplikasi akal imitasinya mencetak lebih dari sepuluh juta unduhan pada minggu pertama peluncurannya.
Investor kini menantikan laporan kinerja keuangan dari Alibaba. Hal tersebut diperkirakan akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai belanja ritel hingga perkembangan strategi akal imitasi di China.
Dari Jepang, penguatan saham teknologi tertahan oleh kekhawatiran berkelanjutan atas kondisi fiskal negara tersebut, terutama menjelang rencana pemerintah meningkatkan belanja negara sesuai visi dari Perdana Menteri Jepang, Sanae Takaichi.
Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor panjang sempat turun dalam beberapa sesi terakhir, namun masih berada dekat level tertinggi dalam beberapa dekade yang tercapai pada pekan lalu.
Baca Juga: YUPI Kucurkan Dividen Interim Rp300 Miliar untuk Pemegang Saham
Ketegangan Tokyo dan Beijing yang belum mereda turut membebani saham-saham dari negara tersebut, khususnya dari sektor perjalanan dan hiburan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement