Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

82 Persen Wisman Masuk RI Gunakan Pesawat Lewat Jakarta dan Bali

82 Persen Wisman Masuk RI Gunakan Pesawat Lewat Jakarta dan Bali Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata (Kemenpar), Martini M. Paham, mengungkapkan sebanyak 82 persen wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk Indonesia melalui pesawat terbang berlabuh di Jakarta dan Bali.

Sehingga hal tersebut menjadikan Jakarta dan Bali sebagai dua super hub utama yang menampung lebih dari 81 persen trafik internasional.

Baca Juga: Pemerintah Optimis Ekonomi RI di 2026 Bisa Lebihi Target

Ini disampaikan Martini saat menjelaskan kajian terbaru mengenai penguatan pariwisata Indonesia melalui pemanfaatan konektivitas udara dalam publikasi ilmiah Tourism Snapshot Vol. 1 No. 3 Tahun 2025.

Kajian yang mengusung tema “Daya Saing Pariwisata Indonesia melalui Konektivitas Udara dan Performansi Pasar ini menghadirkan potret komprehensif mengenai peran konektivitas udara, pemetaan pasar internasional, serta strategi distribusi wisatawan menuju 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) dan tiga Destinasi Pariwisata Regeneratif (DPR).

"Ketimpangan ini menegaskan perlunya strategi konektivitas yang lebih merata untuk mengoptimalkan destinasi prioritas lainnya," ucap Martini, dikutip dari siaran pers Kemenpar, Selasa (2/12).

Asisten Deputi Manajemen Strategis Kemenpar, I Gusti Ayu Dewi Hendriyani, menambahkan bahwa analisis data Amadeus menunjukkan adanya kesenjangan antara minat pencarian dan realisasi perjalanan dari pasar utama seperti Jepang, Tiongkok, India, Rusia, dan Amerika Serikat. Kondisi ini berkaitan erat dengan minimnya penerbangan langsung menuju sejumlah Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP) terutama di kawasan timur Indonesia.

“Di banyak destinasi prioritas, wisatawan harus menempuh waktu transit yang panjang akibat terbatasnya akses langsung. Karena itu, penguatan sistem hub dan pembukaan rute langsung menjadi faktor penting untuk persebaran wisatawan yang lebih merata,” kata Dewi.

Dewi juga menegaskan kajian ini mengidentifikasi tiga faktor utama yang memengaruhi konektivitas udara, yakni keterbatasan kapasitas operasional maskapai, kesenjangan infrastruktur penunjang, serta siklus investasi yang belum selaras antara maskapai, pemerintah, dan dunia usaha.

“Melalui publikasi ini, kami menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat aksesibilitas udara, membuka pasar baru, dan memastikan kualitas layanan transportasi yang mendukung peningkatan daya saing pariwisata nasional,” ujarnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya

Advertisement

Bagikan Artikel: