Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Regulasi hingga Pembiayaan Hijau, Ini Strategi Pemerintah Dorong Industri Ramah Lingkungan

Regulasi hingga Pembiayaan Hijau, Ini Strategi Pemerintah Dorong Industri Ramah Lingkungan Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pemerintah mempercepat agenda transformasi industri hijau sebagai bagian dari upaya mencapai net zero emission pada 2060.

Sekretaris Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian, Muhammad Taufiq, menyampaikan bahwa lima langkah strategis tengah disiapkan untuk memperkuat dekarbonisasi industri, terutama pada sektor manufaktur yang menjadi penyumbang emisi besar.

Taufiq menegaskan sektor manufaktur masih menjadi penopang utama perekomian nasional, sehingga langkah pengurangan emisi harus berjalan seiring dengan penguatan daya saing.

Ia memaparkan kontribusi industri ini mencapai 17,39 persen terhadap Produk Domestik Bruto, menghasilkan ekspor 167 miliar dolar AS dari total 209 miliar dolar AS, serta menyerap sekitar 20 juta tenaga kerja.

Baca Juga: Dukung NZE 2060, Pertamina Hijaukan Hulu DAS Bekasi

Meski demikian, skala ekonomi tersebut juga menghadirkan tantangan karena tingginya emisi yang dihasilkan.

“Dekarbonisasi industri bukan lagi sebagai pilihan, melainkan suatu keharusan untuk bisa memastikan masa depan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif,” ujar Taufiq dalam ESG Symposium 2025 Indonesia di Jakarta, Selasa (2/12/2025).

Demi menjawab tantangan itu, Taufiq menjelaskan bahwa Kementerian Perindustrian telah mengembangkan kerangka pembangunan industri hijau yang memadukan regulasi, insentif, dan inovasi. Ia menyebut penataan aturan, penguatan standar dan sertifikasi, serta insentif bagi perusahaan yang efisien energi menjadi fondasi awal.

Upaya tersebut kemudian diperkuat dengan dorongan penerapan ekonomi sirkular, penggunaan teknologi dekarbonisasi, peningkatan standar mutu, dan perluasan akses pembiayaan hijau. Menurutnya, langkah terintegrasi ini diharapkan tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga meningkatkan posisi Indonesia dalam persaingan global.

Baca Juga: Hadir di Forum COP30, Pertamina Tegaskan Komitmen Kejar Target NZE 2060

“Kami percaya bahwa dekarbonisasi dapat menjadi sumber daya saing baru bila dirancang sebagai investasi yang menghadirkan penghematan biaya jangka panjang dan peningkatan produktivitas,” katanya.

Pandangan serupa disampaikan Founder dan CEO Jejakin, Arfan Arlanda, yang menilai transisi menuju industri hijau membuka peluang efisiensi sekaligus mendorong perusahaan menyesuaikan diri dengan dinamika pasar global. Ia menekankan bahwa kemampuan menghitung emisi secara presisi membawa dampak langsung terhadap efektivitas operasional.

“Kalau kita bisa melakukan perhitungan dengan akurat, dengan tepat, kita bisa melakukan efisiensi dengan lebih baik,” ujarnya.

Arfan menambahkan bahwa regulasi internasional seperti Corporate Sustainability Reporting Directive (CSRD) dan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) kini menuntut perusahaan Indonesia, sebagai bagian dari rantai pasok global, untuk menyajikan data emisi secara transparan. Kondisi ini, menurutnya, menjadikan penghitungan emisi sebagai langkah yang tidak bisa lagi ditunda.

Baca Juga: PLN – Uni Eropa Sinergi Bangun Infrastruktur Listrik Hijau, Percepat Target NZE 2060

Ia menekankan bahwa perusahaan yang memulai lebih awal akan memperoleh keunggulan, terutama dalam mendapatkan akses pembiayaan hijau.

“Jadi kalau kita menghitung sekarang, kemungkinan kita untuk dapat mengakses funding dengan lebih murah itu jauh lebih besar,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: