Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

BI Diperkirakan Pangkas Suku Bunga Dua Kali di 2026

BI Diperkirakan Pangkas Suku Bunga Dua Kali di 2026 Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Bank Mandiri memproyeksikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) berpeluang turun dua kali pada 2026, seiring meredanya tekanan inflasi global dan bergesernya arah kebijakan moneter dunia menuju fase pelonggaran.

Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro,  menjelaskan bahwa pelemahan inflasi di sejumlah negara utama, termasuk Amerika Serikat, membuka ruang bagi bank sentral global untuk mengakhiri periode higher for longer. Setelah dua tahun menjaga suku bunga pada level ketat, tekanan terhadap harga mulai mereda sehingga otoritas moneter di berbagai negara memasuki siklus penurunan suku bunga.

“Kita sudah melihat perubahan signifikan sejak 2024. Siklus suku bunga global tidak lagi higher for longer. Pertanyaannya sekarang: how low can you go? Seberapa jauh ruang pelonggaran dapat dilakukan,” ujarnya, dalam Mandiri Macro and Market Brief 4Q25 Indonesia Economic Outlook di Jakarta, Rabu (3/12/2025).

Baca Juga: Tok! BI Tahan BI Rate di Level 4,75% di November 2025

Menurut dia, Federal Reserve (The Fed) telah memberi sinyal kuat untuk melakukan pelonggaran secara bertahap hingga 2026. Bank-bank sentral lain pun bergerak ke arah yang sama, didorong oleh perlambatan pertumbuhan global dan inflasi yang mulai terkendali. Perubahan siklus ini, kata Andry, menciptakan peluang bagi Indonesia untuk menurunkan suku bunga kebijakan secara terukur tanpa mengganggu stabilitas makroekonomi.

“Dengan perlambatan global dan inflasi yang semakin rendah, ruang untuk pemangkasan suku bunga di dalam negeri juga semakin terbuka,” katanya.

Baca Juga: BI Diproyeksi Tahan BI Rate di Level 4,75%, Ini Alasannya

Bank Mandiri memperkirakan ruang tersebut dapat dimanfaatkan BI dengan melakukan dua kali penurunan suku bunga pada 2026, selaras dengan stabilitas inflasi domestik dan prospek membaiknya arus modal ke pasar keuangan Indonesia. Penurunan suku bunga, lanjut Andry, berpotensi mendorong pembiayaan, konsumsi, dan investasi, terutama pada sektor-sektor yang sensitif terhadap biaya dana.

Ia menilai momentum pelonggaran perlu diarahkan untuk memperkuat pemulihan ekonomi, termasuk mendorong pembiayaan produktif dan mendukung kebangkitan sektor manufaktur. “Penurunan suku bunga menjadi katalis bagi ekspansi usaha dan peningkatan daya beli,” ujarnya.

Meski demikian, Andry mengingatkan bahwa ketidakpastian global masih menjadi faktor risiko yang harus diantisipasi. Sentimen terhadap dolar AS, dinamika kebijakan The Fed, dan potensi volatilitas aliran modal asing dapat memengaruhi ruang relaksasi suku bunga di dalam negeri.

“Ruang relaksasi suku bunga adalah peluang, tetapi harus dikelola hati-hati di tengah ketidakpastian global,” tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: